Rabu, 08 Februari 2012

biografi bepe

Biografi Bambang ‘BePe’ Pamungkas

Biografi
Billy, 29.11.2010 - 18:18
Klik disini untuk menerima update terbaru dari Gugling. GRATIS!
Bambang Pamungkas lahir di Semarang, Jawa Tengah, 30 tahun silam. Ia adalah putra dari pasangan H. Misranto dan Hj. Suriptinah. Bambang adalah anak kelima dari 6 bersaudara. Pada awal mulanya, Bambang tidak pernah terpikir menjadi seorang pemain bola. Ia gemar membaca dan memasak, dan bercita-cita menjadi seorang guru atau koki.
Namun bakat Bambang terasah sejak ia mengikuti SSB (Sekolah Sepak Bola) Ungaran Serasi pada tahun 1988. Bakat alaminya membuat klub Persikas Semarang tertarik merekrutnya pada tahun 1992.
Saat masih bermain dalam tim remaja Jawa Tengah, ia pernah dinobatkan sebagai pemain terbaik Piala Haornas, sebuah kejuaraan tingkat remaja. Bambang juga pernah menjadi pencetak gol terbanyak untuk skuad Indonesia di Piala Asia U-19 Grup V, dengan 7 gol.
Sejak saat itu, minat Bambang pada sepakbola meningkat pesat. ia bahkan rela meninggalkan bangku kuliahnya pada semester kedua untuk serius berkarir di sepakbola.
Bambang baru benar-benar angkat nama ketika membela Persija Jakarta pada tahun 1999.  Meskipun pada musim pertamanya membela Persija diri pemain yang akrab disapa BePe ini hanya berhasil menjaringkan 2 gol, namun kemampuannya tercium oleh seorang pencari bakat dari klub sepakbola Belanda, EHC Norad. Bambang pun dipinjamkan oleh Persija ke klub yang bermain di divisi 3 liga Belanda ini.
Namun Bepe hanya bertahan beberapa bulan disana, karena masalah keluarga dan kegagalan dirinya menyesuaikan diri dengan iklim Eropa yang dingin. Pada awal musim 2001, ia kembali ke Persija.
Penampilan gemilangnya bersama Persija membuat Bepe dipanggil untuk membela tim nasional senior Indonesia. Bambang berhasil mencetak gol pada pertandingan perdananya bersama timnas senior, yakni melawan Lithuania dengan hasil akhir imbang 2-2.
Pada tahun 2002, Bepe berhasil menorehkan namanya menjadi salah satu pemain terbaik tim nasional Indonesia. Ia berhasil menghantar Indonesia menjuarai Piala Tiger sekaligus menjadi top skorer turnamen tersebut dengan torehan 8 gol. Dirinya pun digadang sebagai striker masa depan Indonesia kala itu, menggantikan idolanya, Kurniawan Dwi Yulianto.
Selama 3 tahun Bambang Pamungkas menjadi sosok tak tergantikan di lini depan tim Merah Putih. Namun pada tahun 2004, sejumlah cedera yang dialaminya membuat Bambang tak bisa tampil prima di skuad inti timnas. Akhirnya namanya pun tersisih dari skuad inti Piala Tiger 2004. Bambang pun ‘hijrah’ ke Malaysia untuk bermain dnegan salah satu klub elit negeri Jiran, Selangor FC.
Bambang bersinar terang di tanah Malaysia. Dalam musim pertamanya di Selangor FC, ia menjadi pencetak gol terbanyak klubnya dengan torehan 22 gol di seluruh kompetisi.
Pada awal musim 2007,Bepe kembali ke Indonesia dan bermain di klub yang membesarkan namanya, Persija. Bepe pun kembali mengisi lini depan tim nasional Indonesia. Pada tanggal 10 Juli 2007, ia mengakhiri paceklik golnya di kancah timnas dengan mencetak gol kemenangan Indonesia atas Bahrain.
Pada tahun 2010, Bepe terpilih sebagai kapten Persija dan timnas senior di sejumlah pertandingan. Dirinya pun kembali dipanggil untuk memperkuat timnas di ajang piala AFF 2010. Meskipun banyak yang mengkritik bahwa karirnya di timnas sudah ‘habis’. Namun pemain bertinggi badan 168 cm ini ingin membuktikan dirinya masih bisa bersaing dengan para striker timnas Indonesia, termasuk di antaranya striker naturalisasi Christian Gonzales.
Bambang Pamungkas dikenal sebagai striker dengan sundulan kepala dan tendangan jauh akurat. Ketika Indonesia kalah melawan Uruguay 7-1, ia yang mengirimkan umpan lambung matang kepada Boas Salossa untuk menceploskan satu-satunya gol timnas ke gawang tim negara Amerika Latin tersebut.
Bambang Pamungkas telah menikah dan dikarunia 3 orang anak. Dirinya berencana untuk menjadi seorang penulis setelah gantung sepatu nanti, namun saat ini dirinya siap mempersembahkan yang terbaik untuk membawa Indonesia menjuarai Piala AFF 2010.
Maju terus, BePe!!
Profil singkat Bambang Pamungkas:
Nama    :   Bambang Pamungkas
Nama Panggilan    :    Bambang, Bepe
Tempat / Tanggal Lahir    :    Getas, Kabupaten Semarang / 10 Juni 1980
Agama    :    Islam
Orang Tua    :     H. Misranto (Ayah), Hj. Suriptinah (Ibu)
Kakak    :
  • Agus Handoko Misranto
  • Agus Budhi Suseno
  • Tri Agus Prasetijo
  • Eni Kusumawati
  • Nanik Setyowati
Adik    :  Dyah Ernawati
Istri    :  Tribuana Tungga Dewi
Anak    :
  • Salsa Alicia
  • Jane Abel
  • Syaura Abana
Cita-cita    :    Guru dan Chef
Pendidikan    :
  • Taman Kanak-kanak Bangun 1 Getas Kab. Semarang (1984-1986)
  • SD Negeri Kauman Lor 3 Getas Kab. Semarang (1986-1992)
  • SMP Negeri 1 Salatiga, *Kelas 1C   *Kelas 2C  *Kelas 3A (1992-1995)
  • SMU Negeri 1 Salatiga, *Kelas 1C   *Kelas 2C *Kelas 3 IPS 2 (1996-1999)
  • Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Rawamangun  hanya 2 semester
Hobi    :    Membaca buku dan Memasak
Perjalanan karir:
Klub:

  • Persija (1999-2000)
  • EHC Norad (2000-2001)
  • Persija (2001-2004)
  • Selangor FC (2005-2007)
  • Persija (2007-sekarang)
Tim Nasional Indonesia: 1999-sekarang

biografi ronny pasla

Biografi Ronny Pasla, Kiper Legenda Timnas Indonesia

Biografi
Billy, 16.12.2010 - 17:01
0
Klik disini untuk menerima update terbaru dari Gugling. GRATIS!
ronny-paslaRonny Pasla dilahirkan di Medan, 63 tahun yang lalu. Ia adalah kiper hebat yang pernah dimiliki timnas Indonesia. Salah satu prestasinya yang paling terkenal adalah menepis tendangan penalti pemain legendaris Brasil, Pele.
Ronny Pasla sebenarnya menekuni dunia tenis saat remaja. Dirinya sempat meraih juara pada Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang pada tahun 1967. Pada PON VI 1965 di Jakarta, Ronny bahkan masih terdaftar sebagai atlet tenis mewakili Sumatera Utara. Sayangnya, event tersebut akhirnya batal karena ada pemberontakan G 30 S PKI.
Sang ayah, Felix Pasla, menyarankan agar putranya bermain sepakbola. Ronny mengikuti saran ayahnya. Ia berlatih bersama tim Dinamo Medan. Tak sampai satu tahun, bakat luar biasa Ronni membuat dirinya menjadi pilihan utama di tim tersebut, bahkan berhasil membawa timnya menjuarai piala Suratin.
Di tahun yang sama pula dirinya terpanggil membela Indonesia di timnas senior, padahal usianya baru dua puluh tahun. Ronny adalah pesepakbola yang sarat prestasi, baik di tingkat klub maupun tingkat negara, berbagai penghargaan pernah disabetnya. Timnas Indonesia era Ronny disegani di Asia, bahkan Eropa. Ronni pernah menjajal daya gempur  sejumlah klub Eropa saat membela Indonesia, di antaranya Atletico Madrid, Manchester United dan Benfica.
Namun salah satu pengalaman paling berkesan sekaligus mengangkat nama Ronny di mata internasional adalah tatkala Timnas Brazil yang diperkuat pesepak bola legendaris Pele, tur ke Asia termasuk Indonesia pada 1972. Dalam laga Timnas Indonesia dan Brazil itu Ronny berhasil menahan eksekusi penalti Pele, kendati Indonesia akhirnya kalah 1-2.
Akibat kegemilangan tersebut, nama Ronny dikenal luas di Asia. Julukannya waktu itu adalah Macan Tutul. Ia disebut-sebut memiliki kemampuan dan kelenturan badan setara kiper legendaris Soviet, Lev Yashin. Dengan tinggi badan 183 cm, Ronny ketika masih aktif bermain sangat unggul dalam antisipasi bola-bola atas. Tidak heran, posisi pemain inti di Timnas tak tergantikan sejak 1966 hingga pensiun dari Timnas pada usia 38 tahun.
Ronny pensiun total pada usia 40 tahun. Klub terakhir yang dibelanya adalah Indonesia Muda. Setelah pensiun Ronny lebih banyak menggumuli olahraga tennis lapangan sebagai pelatih. Bahkan dia memiliki sekolah tenis lapangan bernama Velodrom Tennis School di Jakarta.
Namun belakangan, minat Ronny pada dunia sepakbola kembali menyeruak. bersama dua rekannya, Andjas Asmara dan Ipong Silalahi, Ronny Pasla mulai menggarap pembentukan tim sepak bola impian melalui reality show pencarian bakat sepak bola bertajuk My Team pada tahun 2007 silam.
Profil singkat Ronni Pasla:
Nama lengkap  : Ronny Pasla
Julukan : Macan Tutul
Tempat / tanggal lahir : Medan, 15 April 1947
Orang tua : Felix pasla (Ayah) / Magdalena Sorongan (Ibu)
Status : Menikah
Istri : Enny K. Pasla
Anak :
  • Fransiska Pasla
  • Fransisce Pasla
  • Renaldo Pasla
  • Jonny Raymond Pasla
  • Diaz Pasla
  • Sisfani Pasla
Posisi : Penjaga Gawang
Tinggi / Berat : 183 cm / 65 kg
Hobi : Tenis lapangan
Makanan favorit : Masakan Padang
Karir:
Klub
  • Dinamo, Medan
  • Bintang Utara, Medan
  • PSMS Medan
  • Persija Jakarta
  • Indonesia Muda, Jakarta
Timnas
Indonesia  (?/?)
Prestasi:
  • Juara Kejuaraan Tenis Nasional Tingkat Junior di Malang, 1967
  • Warga Utama Kota Medan, 1967
  • Piagam dan Medal Emas dari PSSI, 1968
  • Atlet Terbaik Nasional, 1972
  • Penjaga Gawang Terbaik Nasional, 1974

seandainya oh seandainya

Penulis: bepe, 14 January 2012
Pagi tgl 9 Desember 2011, saya menerima pesan melalui SMS dan BBM dari dua sahabat saya, mereka menyampaikan berita mengenai dilarangnya para pemain yang berlaga di Indonesian Super League untuk membela tim nasional Indonesia. Kebetulan dua sahabat saya tersebut berstatus sebagai pemain nasional dan bermain di kompetisi ISL. Jawaban saya kepada mereka adalah, "Memang seharusnya demikian, karena memang begitulah aturan yang saya tahu". Di seberang sana dua sahabat saya tersebut nampak tidak puas mendengar jawaban saya tersebut..

Hal tersebut diatur dalam pasal 79 statuta FIFA, jadi bukan aturan yang dibuat oleh Ketua Umum PSSI baik Djohar Arifin maupun Nurdin Halid di era sebelumnya. Jika PSSI tidak memberlakukan larangan tersebut, maka saya malah akan menilai mereka sebagai sekumpulan para pengecut, karena tidak berani menghukum pihak-pihak yang menurut pandangan PSSI telah melanggar aturan. Dengan memberlakukan hal tersebut, maka setidaknya membuktikan bahwa mereka adalah para pemimpin yang tegas, berwibawa sekaligus juga mempunyai komitmen..

Tanggal 11 Desember 2011 kebetulan juga pada pagi hari, saya membaca sebuah link berita yang memuat pernyataan dari Ketua Umum PSSI Djohar Arifin, yang inti dari berita tersebut berisi demikian: "Tim-tim yang mbalelo dan bermain di luar kompetisi PSSI secara otomatis akan turun ke level dibawahnya". Dan sekali lagi, saya setuju dengan pernyataan yang di buat oleh Ketua Umum PSSI tersebut. Karena memang logikanya, jika sebuah tim tidak dapat mengikuti sebuah kompetisi dengan alasan ketidak mampuan atau ketidak mauan, maka tim tersebut secara otomatis akan terdegradasi..

Nah sampai disini dulu pembahasan kita mengenai dua keputusan PSSI tersebut, nanti kita akan bahas kembali di paragraph yang lain. Sekarang mari kita menggali apa sih akar permasalahan yang sebenarnya, sehingga situasi persepakbolaan negeri kita ini menjadi semakin semrawut dan tidak karuan begini..??

Awal sekali mari kita mengingat peristiwa gerakan untuk mereformasi sepakbola Indonesia setahun yang lalu, apa sih semangat reformasi kita saat itu..?? Saya yakin kita semua masih ingat, kurang lebihnya adalah "Menyelamatkan dan memperbaiki persepakbolaan Indonesia yang ketika itu kita anggap berada di tangan orang-orang yang korup, bertindak otoriter serta berorientasi politik"..

Pada buku saya "BEPE20: Ketika Jemariku Menari" dalam beberapa kesempatan saya sering menyampaikan, bahwasanya saya sangat setuju dengan reformasi di tubuh PSSI ketika itu, akan tetapi mari kita lakukan reformasi tersebut sesuai dengan koridor-koridor yang berlaku. Dan pada akhirnya, setelah melalui kongres yang bekepanjangan dan sangat memelahkan, rezim penguasa sepakbola Indonesia ketika itu pun dapat digulingkan..

Semua orang bertepuk tangan meriah, semua orang merasa puas dan semua orang merasa yakin bahwa ini adalah saat yang tepat bagi kita untuk membangun persepakbolaan negeri ini ke arah yang lebih baik. Seketika mimpi kita pun membungbung dengan tingginya, mimpi akan tim nasional yang tangguh dan dapat bersaing di level dunia serta mampu memberikan kebanggaan bagi bangsa pun terpatri di dalam sanubari..

Ada sebuah teori tak tertulis yang menyatakan bahwa, kunci keberhasilan
sebuah negara dalam membangun sebuah tim nasional yang kuat adalah sebaik mana negara tersebut dapat menjalankan roda kompetisi yang profesional, kompetitif, fair dan tentu juga harus kondusif. Salah satu contohnya adalah bagaimana Jepang, Korea, Jerman, Prancis, Italia, Spanyol, Portugal, Belanda dan Inggris yang sukses membangun sebuah tim nasional yang kuat karena mampu meletakkan pondasi dasar yang sangat kuat pada kompetisi mereka..

Teori tersebut memang sedikit terbantahkan oleh negara-negara di Afrika yang mampu membangun sebuah tim nasional yang tangguh walaupun liga di negara mereka belum dapat di katakan cukup mapan. Disini ada satu hal yang menarik untuk di cermati, yaitu negara-negara Afrika tersebut memiliki banyak sekali pemain-pemain yang berkelana di klub-klub Eropa, yang notabene memiliki liga yang mapan dan profesional..

Dengan kata lain ada dua jalan yang dapat di tempuh untuk dapat memiliki sebuah tim nasional yang tangguh, yaitu membangun sebuah liga yang profesional, kompetitif, fair  dan kondusif atau mengirimkan sebanyak-banyaknya pemain muda kita untuk bermain di Eropa yang dalam hal ini memiliki kompetisi yang mapan serta baik. Dengan demikian diharapkan ilmu dan pengalaman yang mereka dapatkan di tanah rantau dapat berguna bagi kemajuan tim nasional negaranya..

Untuk saat ini, mengirimkan pemain-pemain muda di klub Eropa memang sudah mulai di jalankan, akan tetapi jumlahnya masih sangat-sangat sedikit. Oleh karena itu masih butuh waktu lama untuk memetik hasilnya. Maka jalan yang paling mendasar, paling penting serta sangat krusial adalah membangun kompetisi tertinggi yang profesional, kompetitif, fair serta kondusif. Dan untuk hal yang satu ini saya yakin kita semua akan menganggukkan kepala tanda setuju..

Apa sih sebenarnya semangat dan hakekat kompetisi itu sendiri..?? Menurut hemat saya, semangat dan hakekat kompetisi itu sendiri adalah membuat sebuah iklim persaingan positif yang pada akhirnya akan menghasilkan siapa yang terbaik, siapa yang pantas bertahan dan siapa yang harus rela turun kasta. Menurut saya ini adalah pedoman dasar, karena tanpa menghasilkan tim juara, tim yang mampu bertahan dan tim yang harus terdegradasi, maka tensi dan kualitas kompetisi akan datar-datar saja dan tidak menarik sama sekali..

Nah disinilah menurut saya titik awal permasalahan yang sebenarnya. Setelah proses reformasi yang berjalan dengan sedemikian baik nya, maka tahap selanjutnya yang paling krusial adalah segera menjalankan roda kompetisi dengan baik. Dan disinilah bola salju itu mulai bergulir. Berawal dari jumlah kontestan yang direncanakan membengkak menjadi 36 tim dengan sistem 2 wilayah, kemudian dikurangi menjadi 24 tim dengan sistem 1 wilayah, apalagi di bumbui dengan proses verifikasi yang sekenanya serta penyusunan jadwal yang amburadul, pada akhirnya membuat tim-tim kontestan merasa sangat tidak puas dengan kinerja tim penyelenggara kompetisi yang baru..

Hal tersebut diperparah dengan bersikerasnya PSSI memasukkan nama 6 tim ke kasta tertinggi kompetisi di Indonesia. Tim-tim tersebut adalah Persibo Bojonegoro, PSM Makassar, Persebaya Surabaya, Persema Malang, PSMS dan Bontang FC. Untuk Persibo, PSM dan Persema seperti kita ketahui bersama musim kemarin di turunkan kastanya ke divisi utama karena memilih untuk boyongan keluar dari liga, sedang Persebaya  sendiri memang musim kemarin bermain di divisi utama dan pada akhirnya juga memilih bergabung dengan liga di luar PSSI..

Mengenai Persibo, Persema, PSM dan Persebaya PSSI berargumentasi bahwa hukuman mereka sudah diputihkan oleh EXCO PSSI. Nah dalam hal ini sebagai pemain, sejujurnya saya tidak begitu paham mengenai aturan keorganisasian beserta segala pernak-pernik yang mengatur didalamnya, oleh karena itu saya tidak ingin berkomentar lebih panjang lagi..

Dalam kasus ini yang paling membingungkan adalah, naiknya PSMS Medan yang oleh PSSI dinilai sebagai tim yang memiliki sejarah dan sumbangsih yang sangat besar kepada perkembangan sepakbola Indonesia. Serta yang terakhir Bontang FC yang dikembalikan oleh PSSI ke kasta tertinggi dengan alasan sebagai tim degradasi terbaik..

Dalam hal ini PSSI jelas mencederai hakekat dan semangat kompetisi seperti yang saya sampaikan di awal tadi. Karena di belahan dunia manapun (Tolong dikoreksi jika saya salah) tidak ada sebuah tim promosi ke kasta tertinggi hanya berdasarkan catatan sejarah kebesaran klub tersebut, apalagi tim yang berstatus tim degradasi terbaik. Jika tim yang berhasil bertahan setelah melalui tahapan play off mungkin masih dapat diterima, akan tetapi sebagai tim degradasi terbaik tentu hal ini juga akan sangat sulit untuk diterima akal sehat..

Hal inilah yang pada akhirnya membuat tim-tim kontestan kasta tertinggi kompetisi di Indonesia merasa tidak puas dan akhirnya memilih melanjutkan kompetisi Liga Super Indonesia sama seperti format musim yang lalu. Padahal jika kita tengok sedikit kebelakang, para penggagas dilanjutkannya Liga Super Indinesia sendiri adalah orang-orang yang setahun yang lalu juga ikut dalam gerakan mereformasi PSSI. Kebijakan-kebijakan yang salah kaprah inilah yang pada akhirnya menjadi pemicu kembali bergulirnya dualisme kompetisi di negeri ini..

Jikalau pada akhirnya PSSI menghukum tim-tim yang saat ini memilih bermain di Liga Super Indonesia, maka seyogyanya PSSI juga jangan mengampuni Persibo, Persema, Persebaya dan PSM yang musim kemarin mendapatkan hukuman karena melakukan hal yang sama. Karena ini dapat menjadi preseden buruk di kemudian hari, jika misalnya tahun iji PSSI mengampuni empat tim tersebut, maka bisa jadi tim-tim yang tahun ini di hukum bisa juga mengajukan pengampunan seperti yang di dapat Persibo, PSM, Persema dan Persebaya, dan dalam hal ini PSSI juga harus bersikap adil..

Dan jika tim-tim ISL yang tahun ini dihukum mendapatkan ampunan, maka di tahun-tahun kemudian jumlah kontestan kompetisi akan semakin membengkak, membengkak dan membengkak lagi. Sehingga pada akhirnya dengan jumlah kontestan yang melebihi kuota tentu imbasnya adalah jadwal kompetisi akan semakin padat, dan dengan jadwal kompetisi yang padat maka yang menjadi korban adalah kondisi fisik para pemain..

"Seandainya, Oh Seandainya". Jika saja PSSI tidak memaksakan naiknya 6 tim diatas dan melanjutkan gerbong Liga Super Indonesia yang lalu, walaupun mungkin harus mengganti nama liganya dengan apa saja dan mengganti semua pengurus Liga Super Indonesia musim kemarin dengan pengurus yang baru. Maka saya yakin jika saat ini kita tengah menjalani sebuah kompetisi yang Insya Allah profesional, kompetitif, fair serta kondusif seperti apa yang pengurus PSSI baru dengung-dengungkan selama ini..

Tidak akan ada lagi dualisme kompetisi yang membuat bingung serta muak para penikmat bola di negeri ini. Dengan begitu tidak akan ada juga cerita pemain dilarang bermain untuk tim nasional Indonesia, seperti yang dua sahabat saya keluhkan di paragraph awal artikel ini. Karena semua tim akan berkompetisi di dalam satu wadah, yaitu di bawah PSSI sebagai induk organisasi sepakbola tertinggi di Republik Indonesia ini..

Akhir sekali, diatas segala perselisihan para elit pengurus sepakbola di tanah air kita tercinta ini, yang paling menjadi korban nantinya adalah para pelaku dilapangan yaitu pemain, pelatih, wasit serta perangkat pertandingan. Karena jika pada akhirnya persepakbolaan Indonesia ini benar-benar mati (Amit-Amit semoga saja tidak) maka mereka-mereka yang selama ini berseteru dapat saja kembali ke aktivitas keseharian mereka selain mengurus sepakbola, kembali menjadi pelaku bisnis, menjadi anggota DPR/MPR, menjadi walikota/bupati dan masih banyak lagi (Karena memang kebanyakan dari mereka mengurus sepakbola hanyalah kesibukan sampingan)..

Sedangkan para pelaku dilapangan seperti pemain, pelatih, wasit dan para perangkat pertandingan, mereka akan kehilangan mata pencaharian mereka dan harus bersusah-payah untuk memulai lembaran hidup mereka yang baru. Inilah hal yang mungkin luput atau malah tidak terpikirkan sama sekali oleh bapak-bapak yang sedang berseteru diatas sana..

generasi ompong

Penulis: bepe, 11 January 2012
"Sedang menjalani tour tanpa membawa buku bacaan itu sama halnya dengan bermain sepakbola di lapangan yang becek tanpa menggunakan sepatu pull enam".. Tetap dapat bermain memang, akan tetapi terselip perasaan tidak nyaman..
Sudah menjadi sebuah kebiasaan saya, jika setiap menjalani tour baik bersama Persija Jakarta maupun Tim Nasional saya selalu menyelipkan barang satu atau dua buah buku dalam bagasi saya. Sebagai pesepakbola ketika tengah menjalani partai away, maka dengan sendirinya saya akan banyak memiliki waktu luang untuk hanya sekedar berdiam diri di dalam kamar hotel..
Sebagai pribadi kebetulan saya adalah tipe orang rumahan, saya kurang suka bepergian ke mall untuk sekedar cuci mata atau sebagainya. Hal yang paling sering membuat saya meninggalkan hotel saat tour hanyalah berwisata kuliner, oh iya karena saya memang pencinta makanan. Di saat tidak ada kegiatan bersama tim, maka saya akan memilih berdiam diri di kamar. Dan saat-saat seperti itu biasanya saya manfaatkan dengan menulis atau membaca buku..
Itulah yang terjadi pada diri saya beberapa minggu yang lalu, saat menjalani tour bersama Persija Jakarta. Sebuah buku tentang Alm Robert Enke (Ex kiper Jerman) berjudul "A Life Too Short" yang sudah saya persiapkan sejak malam sebelum berangkat ternyata tertinggal di rumah. Mendapati buku yang saya siapkan tertinggal, maka sayapun segera memutuskan untuk berburu buku di sebuah toko buku di bandara Soekarno-Hatta. Seketika sebuah buku mencuri perhatian saya, buku berwarna putih dengan cover depan gambar karikatur sang penulis yang di antara ke dua belah telapak tangannya terdapat sebuah pelangi..
Saya cukup mengenal orang tersebut, bukan dalam arti yang sebenar-benarnya kenal memang, akan tetapi saya cukup sering mendengarkan beliau berdakwah dalam sebuah acara menjelang berbuka puasa di salah satu radio swasta di ibukota. Kata demi kata, kalimat demi kalimat yang beliau sampaikan baik melalui dakwah maupun tulisan-tulisannya memang tidak mudah untuk di cerna dan dipahami, kita perlu menyimak dengan sangat seksama atau membacanya berulang kali untuk memahami arti di sebalik setiap apa yang beliau sampaikan. Akan tetapi disitulah letak nikmatnya, maka tanpa berpikir panjang sayapun segera membeli buku yang berjudul "Kiai Bejo, Kiai Untung, Kiai Hoki" tersebut..
Beliau adalah Emha Ainun Nadjib, atau kita lebih sering mengenalnya dengan panggilan Cak Nun. Budayawan kondang asal Jombang - Jawa Timur ini tidak dapat saya pungkiri adalah salah satu dari sekian banyak tokoh di negeri ini yang saya kagumi. Cara beliau menyampaikan kritik, pandangan serta pemikiran dalam pembahasan-pembahasannya selalu mampu meresap sampai relung hati yang paling dalam, sekali lagi jika kita mampu mengartikan apa yang beliau sampaikan dengan benar..
Di bawah ini akan saya sampaikan sedikit kutipan dari sebuah tulisan beliau yang berdujul "Generasi Kempong" atau mungkin dalam bahasa lazim keseharian kita adalah "Generasi Ompong". Menurut saya apa yang beliau sampaikan ini, sangat tepat dan memang berlaku dalam kehidupan sosial masyarakat Indonesia saat ini..

                                                    "Generasi Kempong"
Salah satu jenis kelemahan manusia adalah kecenderungan terlalu gampang percaya atau terlalu mudah tidak percaya. Masih mendingan kalo mau mengkritik: "Cak Nun tulisannya susah dipahami, harus dibaca dua tiga kali baru bisa sedikit dipahami."
Saya jawab protes itu: "Anda kempong ya..?"
"Kok kempong.. Maksudnya..?"
"Kalau kempong ndak punya gigi, harus makan makanan yang tidak perlu dikunyah. Orang kempong ndak bisa makan kacang, bahkan krupuk pun hanya di-emut. Kalau orang punya gigi, dia bisa menjalankan saran dokter: Kalau makan kunyahlah 33 kali sebelum ditelan. Sekedar makanan, harus di kunyah sampai sekian banyak kali agar usus tidak terancam dan badan jadi sehat. Lha kok tulisan, ilmu, informasi, wacana - maunya langsung ditelan sekali saja". Teman saya itu NYERENGES..
Coba Anda pandang Indonesia yang ruwet ini. Wong kalau Anda mengunyahnya sampai seribu kalipun belum tentu Anda bisa paham. Segala ilmu sosial, ilmu politik, ilmu ekonomi dan kebudayaan mandeg dihadang keruwetan Indonesia. Ilmuwan-ilmuwan kelas satu saja kebingungan membaca Indonesia, lha kok Anda mau mengenyam makanan tanpa mengunyah. Yok opo se mbaaaah mbah, sampeyan iku jik cilik tapi kok wis tuwek..
Kebudayaan kita instan. Mi-nya instan. Lagunya instan. Maunya masuk sorga juga instan. Kalau bisa, dapat uang banyak langsung, ndak usah kerja ndak apa-apa. Kalau perlu ndak usah ada Indonesia ndak apa-apa, ndak usah ada Nabi dan Tuhan juga ndak apa-apa, asal saya punya duit banyak..
Sedangkan kitab suci perlu kita baca terus-menerus  sepanjang hidup, itupun belum tentu mendapatkan ilmu dan hikmah. Wong kita tiap hari shalat lima waktu rajin khusyuk sampai bathuk benthet saja belum tentu menemukan kebenaran. Wong naik haji sampai sepuluh kali saja belum dijamin akan memperoleh ridhollah. Lha kok sekali baca ingin mendapat kedalaman nilai, lha kok lagu-lagu pop diharapkan menawarkan kualitas hidup, Lha kok menyanyikan shalawat dianggap sama dengan bershalawat atau melakukan shalawat...
XXX..
Apa yang terjadi di Indonesia tercinta kita akhir-akhir ini sama persis dengan apa yang di gambarkan Cak Nun dalam cuplikan tulisan diatas. Terlalu banyak masyarakat kita yang mudah percaya juga sebaliknya mudah untuk tidak percaya. Media-media di Republik kita tercinta ini teramat sangat "Provokative" akhir-akhir ini, banyak orang-orang berpengaruh negeri ini yang menggunakan media baik televisi, online maupun cetak dengan untuk menancapkan pengaruhnya kepada masyarakat dan terkadang juga untuk menjatuhkan para pesaingnya..
Hal tersebut juga berlaku dalam ranah sepakbola, dua kekuatan yang selama ini bersaing mulai saling sikut dan saling tackle menggunakan kekuatan media mereka masing-masing. Oleh karena itu, sebagai pembaca tentu kita diwajibkan untuk lebih bijak, lebih cermat dan lebih sensitif dalam menanggapi setiap pemberitaan mengenai dunia persepakbolaan Indonesia yang semakin semrawut ini.
Saya tertarik dengan Tweet salah satu sahabat SMP saya  yang bernama Adi Heri Santoso (@adi_heri) pada suatu ketika, tweet tersebut berisi demikian:
"Nonton berita bola Indonesia itu harus dicermati siapa yang memberitakan ya ck ck ck.."
Demikianlah kenyataan yang terjadi saat ini. Media kita sudah terkotak-kotak, memang masih ada yang berusaha untuk senetral mungkin, akan tetapi jumlahnya sangat-sangat minoritas.  Judul tulisan yang mengomentari perihal sepakbola dibuat se-provokative mungkin, sehingga membuat pembaca langsung ingin bereaksi karena merasa telah mengerti apa kira-kira penjabarannya, bahkan tanpa harus membaca tulisan tersebut terlebih dahulu..
Demikian halnya dalam dunia per-Twitter-an, banyak dari kita hanya meng-RT sebuah link berita sambil memberi komentar tanpa membaca isi berita tersebut terlebih dahulu. Hal tersebut pada akhirnya mengakibatkan kita gagal paham terhadap maksud di balik sebuah berita. Tweet orang-orang yang mengomentari permasalahan sepakbola Indonesia pun juga tak luput dari virus-virus kebencian itu sendiri. Masyarakat yang pro si X akan selalu membanggakan setiap kebijakan si X, hal tersebut tentu juga akan dilengkapi dengan menutupi-nutupi segala kelemahan si X. Demikian pula sebaliknya, masyarakat yang pro si Y juga akan melakukan hal yang persis sama..
Rasa suka dan tidak suka terhadap seseorang atau golongan tertentu, terlalu sering kita kedepankan terlebih dahulu sehingga meninggalkan rasio kita dalam berpikir dan menyikapi berita yang menyangkut sebuah keadaan. Maka seperti apa yang disampaikan Cak Nun diatas, bak makanan mari kita mengunyah dahulu berita tersebut sebanyak 33 kali sebelum kita benar-benar menelan berita-berita tersebut (Bereaksi atau Menanggapi berita tersebut)..
Karena tanpa kita sadari bersama, kita semua ini telah menjadi wayang dari dua dalang hebat yang tengah berseteru saat ini. Kita hanyalah si Gareng, si Petruk dan juga si Bagong yang selalu berusaha menyajikan kelucuan-kelucuan sebagai bumbu penyedap megahnya sebuah pertunjukan wayang itu sendiri..
Padahal si Gareng, si Petruk dan si Bagong tadi (Kita-kita ini) belum tentu paham dengan jalan cerita yang di skenariokan si dalang itu sendiri. Yang mereka tahu hanyalah berprilaku selucu mungkin, sehingga para pemirsa dapat sedikit meregangkan syaraf nya agar tidak terlalu kaku dalam menikmati cerita pewayangan yang serius terus menerus. Maka sekali lagi tanpa kita sadari, kita telah terbawa dalam pusaran perseteruan hebat antara Ki Anom Suroto dan Ki Manteb Sudarsono..
Maka marilah menjadi manusia yang BEBAS, manusia yang bebas menyampaikan segala sesuatu berdasarkan apa kata hati dan nurani kita masing-masing. Bukan karena suruhan, paksaan, perintah atau bahkan larangan dari pihak-pihak manapun. Mari kita menjadi tuan bagi diri kita sendiri..
Di akhir artikel ini, jika Anda sekalian sudah merasa mengerti dengan apa yang ingin saya sampaikan hanya dari sekedar sekilas membaca tulisan ini, atau malah lebih parah lagi hanya dari menafsirkan judul dari artikel ini, dan saya yakin jika tidak sedikit yang akan salah menafsirkan. Maka "Iya,, Anda sekalian adalah Generasi Ompong"..

.Legenda Ular n’Daung

    Dahulu kala, di kaki sebuah gunung di daerah Bengkulu hiduplah seorang wanita tua dengan tiga orang anaknya. Mereka sangat miskin dan hidup hanya dari penjualan hasil kebunnya yang sangat sempit. Pada suatu hari perempuan tua itu sakit keras.
Orang pintar di desanya itu meramalkan bahwa wanita itu akan tetap sakit apabila tidak diberikan obat khusus. Obatnya adalah daun-daunan hutan yang dimasak dengan bara gaib dari puncak gunung.
Alangkah sedihnya keluarga tersebut demi mengetahui kenyataan itu. Persoalannya adalah bara dari puncak gunung itu konon dijaga oleh seekor ular gaib. Menurut cerita penduduk desa itu, ular tersebut akan memangsa siapa saja yang mencoba mendekati puncak gunung itu.
Diantara ketiga anak perempuan ibu tua itu, hanya si bungsu yang menyanggupi persyaratan tersebut. Dengan perasaan takut ia mendaki gunung kediaman si Ular n’Daung. Benar seperti cerita orang, tempat kediaman ular ini sangatlah menyeramkan. Pohon-pohon sekitar gua itu besar dan berlumut. Daun-daunnya menutupi sinar matahari sehingga tempat tersebut menjadi temaram.
Belum habis rasa khawatir si Bungsu, tiba-tiba ia mendengar suara gemuruh dan raungan yang keras. Tanah bergetar. Inilah pertanda si Ular n’Daung mendekati gua kediamannya. Mata ular tersebut menyorot tajam dan lidahnya menjulur-julur.  Dengan sangat ketakutan si Bungsu mendekatinya dan berkata, “Ular yang keramat, berilah saya sebutir bara gaib guna memasak obat untuk ibuku yang sakit. Tanpa diduga, ular itu menjawab dengan ramahnya, “bara itu akan kuberikan kalau engkau bersedia menjadi isteriku!”
Si Bungsu menduga bahwa perkataan ular ini hanyalah untuk mengujinya. Maka iapun menyanggupinya. Keesokan harinya setelah ia membawa bara api pulang, ia pun menepati janjinya pada Ular n’Daung. Ia kembali ke gua puncak gunung untuk diperisteri si ular.
Alangkah terkejutnya si bungsu menyaksikan kejadian ajaib. Yaitu, pada malam harinya, ternyata ular itu berubah menjadi seorang ksatria tampan bernama Pangeran Abdul Rahman Alamsjah.
Pada pagi harinya ia akan kembali menjadi ular. Hal itu disebabkan oleh karena ia disihir oleh pamannya menjadi ular. Pamannya tersebut menghendaki kedudukannya sebagai calon raja.
Setelah kepergian si bungsu, ibunya menjadi sehat dan hidup dengan kedua kakaknya yang sirik. Mereka ingin mengetahui apa yang terjadi dengan si Bungsu. Maka merekapun berangkat ke puncak gunung. Mereka tiba di sana diwaktu malam hari.
Alangkah kagetnya mereka ketika mereka mengintip bukan ular yang dilihatnya tetapi lelaki tampan. Timbul perasaan iri  dalam diri mereka. Mereka ingin memfitnah adiknya.
Mereka mengendap ke dalam gua dan mencuri kulit ular itu. Mereka membakar kulit ular tersebut. Mereka mengira dengan demikian ksatria itu akan marah dan mengusir adiknya itu. Tetapi yang terjadi justru kebalikannya. Dengan dibakarnya kulit ular tersebut, secara tidak sengaja mereka membebaskan pangeran itu dari kutukan.Ketika menemukan kulit ular itu terbakar, pangeran menjadi sangat gembira. Ia berlari dan memeluk si Bungsu. Di ceritakannya bahwa sihir pamannya itu akan sirna kalau ada orang yang secara suka rela membakar kulit ular itu.Kemudian, si Ular n’Daung yang sudah selamanya menjadi Pangeran Alamsjah memboyong si Bungsu ke istananya. Pamannya yang jahat diusir dari istana. Si Bungsu pun kemudian mengajak keluarganya tinggal di istana.Tetapi dua kakaknya yang sirik menolak karena merasa malu akan perbuatannya.

Kisah Telaga Warna

    Kalau kita pergi ke daerah Puncak, Jawa Barat, di sana terdapat sebuah telaga yang bila dilihat pada hari cerah akan terkesan airnya berwarna-warni. Telaga itu namanya Telaga Warna dan konon merupakan air mata tangisan seorang ratu.
Zaman dahulu, ada sebuah kerajaan di Jawa Barat. Negeri itu dipimpin oleh seorang raja. Prabu, begitulah orang memanggilnya. Ia adalah raja yang baik dan bijaksana. Tak heran, kalau negeri itu makmur dan tenteram. Tak ada penduduk yang lapar di negeri itu.
Semua sangat menyenangkan. Sayangnya, Prabu dan istrinya belum memiliki anak. Itu membuat pasangan kerajaan itu sangat sedih. Penasehat Prabu menyarankan, agar mereka mengangkat anak. Namun Prabu dan Ratu tidak setuju. “Buat kami, anak kandung adalah lebih baik dari pada anak angkat,” sahut mereka.
Ratu sering murung dan menangis. Prabu pun ikut sedih melihat istrinya.. Lalu Prabu pergi ke hutan untuk bertapa. Di sana sang Prabu terus berdoa, agar dikaruniai anak. Beberapa bulan kemudian, keinginan mereka terkabul. Ratu pun mulai hamil. Seluruh rakyat di kerajaan itu senang sekali. Mereka membanjiri istana dengan hadiah.
Sembilan bulan kemudian, Ratu melahirkan seorang putri. Penduduk negeri pun kembali mengirimi putri kecil itu aneka hadiah. Bayi itu tumbuh menjadi anak yang lucu. Belasan tahun kemudian, ia sudah menjadi remaja yang cantik.
Prabu dan Ratu sangat menyayangi putrinya. Mereka memberi putrinya apa pun yang dia inginkan. Namun itu membuatnya menjadi gadis yang manja. Kalau keinginannya tidak terpenuhi, gadis itu akan marah. Ia bahkan sering berkata kasar. Walaupun begitu, orangtua dan rakyat di kerajaan itu mencintainya.
Hari berlalu, Putri pun tumbuh menjadi gadis tercantik di seluruh negeri. Dalam beberapa hari, Putri akan berusia 17 tahun. Maka para penduduk di negeri itu pergi ke istana. Mereka membawa aneka hadiah yang sangat indah. Prabu mengumpulkan hadiah-hadiah yang sangat banyak itu, lalu menyimpannya dalam ruangan istana. Sewaktu-waktu, ia bisa menggunakannya untuk kepentingan rakyat.
Prabu hanya mengambil sedikit emas dan permata. Ia membawanya ke ahli perhiasan. “Tolong, buatkan kalung yang sangat indah untuk putriku,” kata Prabu. “Dengan senang hati, Yang Mulia,” sahut ahli perhiasan. Ia lalu bekerja d sebaik mungkin, dengan sepenuh hati. Ia ingin menciptakan kalung yang paling indah di dunia, karena ia sangat menyayangi Putri.
Hari ulang tahun pun tiba. Penduduk negeri berkumpul di alun-alun istana. Ketika Prabu dan Ratu datang, orang menyambutnya dengan gembira. Sambutan hangat makin terdengar, ketika Putri yang cantik jelita muncul di hadapan semua orang. Semua orang mengagumi kecantikannya.
Prabu lalu bangkit dari kursinya. Kalung yang indah sudah dipegangnya. “Putriku tercinta, hari ini aku berikan kalung ini untukmu. Kalung ini pemberian orang-orang dari penjuru negeri. Mereka sangat mencintaimu. Mereka mempersembahkan hadiah ini, karena mereka gembira melihatmu tumbuh jadi dewasa. Pakailah kalung ini, Nak,” kata Prabu.
Putri menerima kalung itu. Lalu ia melihat kalung itu sekilas. “Aku tak mau memakainya. Kalung ini jelek!” seru Putri. Kemudian ia melempar kalung itu. Kalung yang indah pun rusak. Emas dan permatanya tersebar di lantai.
Itu sungguh mengejutkan. Tak seorang pun menyangka, Putri akan berbuat seperti itu. Tak seorang pun bicara. Suasana hening. Tiba-tiba terdengar tangisan Ratu. Tangisannya diikuti oleh semua orang.
Tiba-tiba muncul mata air dari halaman istana. Mula-mula membentuk kolam kecil. Lalu istana mulai banjir. Istana pun dipenuhi air bagai danau. Lalu danau itu makin besar dan menenggelamkan istana.
Di hari yang cerah, kita bisa melihat danau itu penuh warna yang indah dan mengagumkan. Warna itu berasal dari bayangan hutan, tanaman, bunga-bunga, dan langit di sekitar telaga. Namun orang mengatakan, warna-warna itu berasal dari kalung Putri yang tersebar di dasar telaga.

Lutung Kasarung

    Pada jaman dahulu kala di tatar pasundan ada sebuah kerajaan yang pimpin oleh seorang raja yang bijaksana, beliau dikenal sebagai Prabu Tapak Agung.Prabu Tapa Agung mempunyai dua orang putri cantik yaitu Purbararang dan adiknya Purbasari.Pada saat mendekati akhir hayatnya Prabu Tapak Agung menunjuk Purbasari, putri bungsunya sebagai pengganti. “Aku sudah terlalu tua, saatnya aku turun tahta,” kata Prabu Tapa.Purbasari memiliki kakak yang bernama Purbararang. Ia tidak setuju adiknya diangkat menggantikan Ayah mereka. “Aku putri Sulung, seharusnya ayahanda memilih aku sebagai penggantinya,” gerutu Purbararang pada tunangannya yang bernama Indrajaya. Kegeramannya yang sudah memuncak membuatnya mempunyai niat mencelakakan adiknya. Ia menemui seorang nenek sihir untuk memanterai Purbasari. Nenek sihir itu memanterai Purbasari sehingga saat itu juga tiba-tiba kulit Purbasari menjadi bertotol-totol hitam. Purbararang jadi punya alasan untuk mengusir adiknya tersebut. “Orang yang dikutuk seperti dia tidak pantas menjadi seorang Ratu !” ujar Purbararang.
    Kemudian ia menyuruh seorang Patih untuk mengasingkan Purbasari ke hutan. Sesampai di hutan patih tersebut masih berbaik hati dengan membuatkan sebuah pondok untuk Purbasari. Ia pun menasehati Purbasari, “Tabahlah Tuan Putri. Cobaan ini pasti akan berakhir, Yang Maha Kuasa pasti akan selalu bersama Putri”. “Terima kasih paman”, ujar Purbasari.Selama di hutan ia mempunyai banyak teman yaitu hewan-hewan yang selalu baik kepadanya. Diantara hewan tersebut ada seekor kera berbulu hitam yang misterius. Tetapi kera tersebut yang paling perhatian kepada Purbasari. Lutung kasarung selalu menggembirakan Purbasari dengan mengambilkan bunga –bunga yang indah serta buah-buahan bersama teman-temannya.Pada saat malam bulan purnama, Lutung Kasarung bersikap aneh. Ia berjalan ke tempat yang sepi lalu bersemedi. Ia sedang memohon sesuatu kepada Dewata. Ini membuktikan bahwa Lutung Kasarung bukan makhluk biasa. Tidak lama kemudian, tanah di dekat Lutung merekah dan terciptalah sebuah telaga kecil, airnya jernih sekali. Airnya mengandung obat yang sangat harum.Keesokan harinya Lutung Kasarung menemui Purbasari dan memintanya untuk mandi di telaga tersebut. “Apa manfaatnya bagiku ?”, pikir Purbasari. Tapi ia mau menurutinya. Tak lama setelah ia menceburkan dirinya. Sesuatu terjadi pada kulitnya. Kulitnya menjadi bersih seperti semula dan ia menjadi cantik kembali. Purbasari sangat terkejut dan gembira ketika ia bercermin ditelaga tersebut.Di istana, Purbararang memutuskan untuk melihat adiknya di hutan. Ia pergi bersama tunangannya dan para pengawal. Ketika sampai di hutan, ia akhirnya bertemu dengan adiknya dan saling berpandangan. Purbararang tak percaya melihat adiknya kembali seperti semula. Purbararang tidak mau kehilangan muka, ia mengajak Purbasari adu panjang rambut. “Siapa yang paling panjang rambutnya dialah yang menang !”, kata Purbararang. Awalnya Purbasari tidak mau, tetapi karena terus didesak ia meladeni kakaknya. Ternyata rambut Purbasari lebih panjang.“Baiklah aku kalah, tapi sekarang ayo kita adu tampan tunangan kita, Ini tunanganku”, kata Purbararang sambil mendekat kepada Indrajaya. Purbasari mulai gelisah dan kebingungan. Akhirnya ia melirik serta menarik tangan Lutung Kasarung. Lutung Kasarung melonjak-lonjak seakan-akan menenangkan Purbasari. Purbararang tertawa terbahak-bahak, “Jadi monyet itu tunanganmu ?”.
Pada saat itu juga Lutung Kasarung segera bersemedi. Tiba-tiba terjadi suatu keajaiban. Lutung Kasarung berubah menjadi seorang Pemuda gagah berwajah sangat tampan, lebih dari Indrajaya. Semua terkejut melihat kejadian itu seraya bersorak gembira. Purbararang akhirnya mengakui kekalahannya dan kesalahannya selama ini. Ia memohon maaf kepada adiknya dan memohon untuk tidak dihukum. Purbasari yang baik hati memaafkan mereka. Setelah kejadian itu akhirnya mereka semua kembali ke Istana.Purbasari menjadi seorang ratu, didampingi oleh seorang pemuda idamannya. Pemuda yang ternyata selama ini selalu mendampinginya dihutan dalam wujud seekor lutung.

perbedaaan robin dan batman

 Pertanyaan yang sangat menarik. MBDC yakin pasti di luar sana juga banyak yang penasaran, tapi tidak berani bertanya pada bapaknya. Baiklah, MBDC akan coba menjawab. Kenapa Batman temenan sama Robin?
1. Karena Robin Kurang Jago Dibanding Dia
Kalo kamu perhatikan superhero lain di universe-nya DC, kamu akan menyadari bahwa semua superhero di situ bener-bener punya kekuatan super. Katakanlah Superman, The Flash, Green Lantern, atau mungkin Wonder Woman. Cuma Batman superhero kelas A yang gak punya kekuatan super. “Kekuatannya” hanyalah kaya raya dan pinter. Nah, kalo dia temenan sama Superman, doi pasti minder dong? Bisa-bisa diketawain karena doi gak bisa terbang atau bahkan gak bisa mukul tembok sampe ancur. Tapi Robin? Robin hanyalah anak kecil. Robin itu cemen. Makanya merupakan sebuah pilihan logis kalo Batman temenan sama Robin. Emang ada yang ngefans sama Robin? Gak ada kan? Pasti gak ada.
2. Siapa Bilang Batman Temenan Sama Robin?
Kamu yakin Batman temenan sama Robin? Maksud MBDC, Batman itu bilioner single, kesepian. Robin itu anak yang…masih kecil. Batman kaya, Robin miskin. Batman ‘mungut’ Robin…Itu gak kayak temenan sih kalo menurut MBDC. Lebih kayak melihara sih. Orang kaya single melihara anak cowok kecil. Agak salah sih kedengerannya.
Demikianlah. Semoga menjawab pertanyaan kamu.

Kisah Tie Pat Kay Dan Sun Go Kong

 Kisah Tie Pat Kay Dan Sun Go Kong
     Lemaslah Pat Kay dan Go Kong. Bahkan Pat Kay langsung tidur telentang dan menendang-nendangkan kaki tangannya seperti anak kecil yang merajuk dan terus menangis, sementara Go Kong tertunduk lesu. Ia mencerna semua kalimat gurunya dengan tenang dan mampu melihat kebenaran yang tersembunyi dibalik nasehat itu. Apalah arti dirinya dengan kekuasaan Sri Paduka yang demikian besarnya? Kalau dia harus merusak Bumipun, apakah yang akan ia dapatkan dari perbuatan seperti itu? Andaikata dia hajar manusia Bumi dan setengah darinya mati tercabik-cabik, apakah yang akan ia dapatkan sesudahnya? Bukankah penyakit akan meraja-lela dan komunitas anak buahnya sendiri yang terancam? Ia menghela nafas panjang berkali-kali, mengusir hawa marah yang sudah menutupi seluruh syaraf tubuhnya. Tiba-tiba ia mendengar gurunya berbicara: “Pat Kay, bangunlah! Mari kita tengok situasi Bumi!”
    Pat Kay bangun dengan masih sesenggukan dan mereka bertiga terbang menuju Bumi. Pendeta Tong sengaja tidak membawa Pat Kay dan Go Kong ke negeri Arab karena dari penglihatannya yang tajam ia bisa melihat bahwa disana banyak anak buah Pat Kay yang dibantai. Ia mengajak mereka menuju Indonesia yang maha santai. Ia tahu pasti: penduduk Indonesia itu dalam hal tertentu luar biasa hebat. Coba saja tengok: di tengah wabah flu burung yang mengganas, mana ada yang panik seperti di Meksiko atau Amerika dan Negara-negara lain di dunia? Rata-rata cuek dan santai, seperti tak ada masalah yang luar biasa, semua berjalan seperti biasa: tak ada yang hidungnya ditutup-tutupi masker, yang mati ya biar mati, yang ribut ya biar ribut sendiri, gimana nasib aja. Ke negeri seperti itulah pendeta Tong sambil tersenyum-senyum mengajak muridnya pergi.Sesampainya di atas Indonesia, pendeta Tongpun mulai mengajak muridnya ngobrol.“Coba lihat negeri itu. Mana ada yang ribut seperti ceritamu, Pat Kay? Semua tenang-tenang aja, kan? Para anak buahmu juga tak banyak yang dibantai, kecuali memang untuk makanan bagi yang suka dagingnya. Wajar aja, kan? Tugasmu kan juga pensuplai daging?”“Kalau untuk kebutuhan makanan, sih, hamba rela, Guru, tapi kalau dibantai untuk dimusnahkan semuanya karena dianggap biang keladi kehancuran, hamba sungguh tak rela. Tapi hamba bisa mencium aroma unggas yang dibantai. Mungkin negeri ini lebih banyak terserang flu burung. Tapi memang negeri ini aneh, kok rakyatnya tenang-tenang aja? Apa mereka memang kuat imannya, Guru? Tak takut mati?”“He..he..he.. Ada dua alasan, Pat Kay: Pertama, mungkin benar mereka kuat imannya dan percaya sepenuhnya pada pemeliharaan Sri Paduka. Yang kedua, mungkin mereka hidupnya sudah amat susah dan tak mau disusahkan lagi oleh kejadian apapun juga. Jadi mereka berprinsip: kalau mau mati ya mati aja, hidup juga ga gampang kok, mati belum tentu lebih ga enak. Apa yang akan terjadi, terjadilah!”“Wah.., itu sih frustrasi dan apatis namanya, Guru. Ga baik kalau sikapnya seperti itu, seperti kurang menghargai berkah kehidupan dari Sri Paduka.“Ya.., sih, mungkin sudah capai dan belum tersentuh pencerahan yang memadai, termasuk dari segi ekonomi maupun tatanan bernegara. Semuanya masih serba bolong-bolong: banyak korupsi, kemiskinan, kebodohan, dan macam-macam lagi. Semuanya membentuk lingkaran setan yang susah diurai. Para petingginya banyak berebutan kekuasaan bukan untuk membela rakyatnya yang menderita, tapi lebih banyak yang bermaksud mau menyelamatkan hartanya yang luar biasa banyaknya agar tidak diutak-atik darimana asalnya. Sebagian lagi bertujuan untuk mencari proyek di sana, maka dalam pemilu legislatif selalu banyak calon-calonnya yang mengadu untung dengan cara yang tak ada bedanya dengan judi. Bisa dibayangkan, dalam negeri seperti ini, apa yang akan terjadi ketika mereka-mereka itu menjabat? Sistem perekrutan pejabat tingginya sangat kacau, dan rakyat selalu dihadapkan pada pilihan yang tak mereka mengerti. Ketika mereka masuk ke bilik pemilu, mereka banyak yang terlongong-longong mencermati nama-nama calon yang sama sekali mereka tak tahu orangnya. Dalam praktek sehari-haripun akan selalu sering terjadi jegal-menjegal, kutuk-mengutuk, bantai-membantai, rayu-merayu dan macam-macam tindakan absurd lainnya, baik secara terang-terangan kasar maupun konspirasi tingkat tinggi diantara semua pelakunya. Kasihan rakyatnya. Mereka sesungguhnya sudah amat capai dan mulai apatis.”
    Tiba-tiba Sun Go Kong terkesiap kaget. Mereka tiba di atas hutan yang gundul dan tebangan kayu berserakan dimana-mana.“Guru, apa yang mereka perbuat? Bagaimana nasib anak buah hamba bila tempat tinggalnya diporak-porandakan seperti itu?”Sun Go Kong baru selangkah mau melesat menuju tempat tersebut, tapi pendeta Tong memegang ekornya dari belakang.“Sabar, Go Kong. Jangan membuat onar di Bumi. Ingat peristiwa di Khayangan dahulu: Semua kamu labrak dan akhirnya menyusahkan kamu sendiri. Jaga emosimu, karena kalau tidak, maka tindakanmu akan sama buruknya dengan para perusak lingkungan dan kroni-kroninya itu. Aku akan malu mempunyai murid sepertimu.”Sun Go Kong mengurungkan niatnya, tapi kegelisahannya tak bisa disembunyikan.“Guru, tolonglah selamatkan para anak buahku. Lama-lama mereka akan punah kalau tempat tinggalnya digusur seperti itu.”Pendeta Tong menghela nafas dalam-dalam. Hatinya amat sedih melihat keserakahan umat manusia yang telah mengeksploitir alam sampai sedemikian rupa rusaknya. Pantaslah kalau Sri Paduka sendiri sampai sedemikian marah dan mengijinkan banyak bencana terjadi di Bumi. Ia tak bisa menolak permintaan Go Kong.“Baiklah, segera kumpulkan anak buahmu dan kita terbangkan ke tempat lain.”Dengan amat semangat Sun Go Kong bersuit nyaring dengan frekwensi amat tinggi. Para monyet terperanjat mengenali suara junjungannya. Mereka berhamburan cepat sekali mencari datangnya arah suara. Dalam sekejap ribuan monyet telah berkumpul di lapangan yang telah gundul. Pendeta Tong, Sun Go Kong dan Pat Kay bergerak cepat menerbangkan seluruh monyet dan semua binatang lainnya ke hutan yang masih asri. Bersuka-citalah seluruh isi hutan. Mereka ibarat rakyat jelata tak berdaya yang mendapat pertolongan dari pemimpin yang kuat dan bijaksana!

mimpi ternyata dapat di analisis

. Mimpi Ternyata Dapat di Analisis
    Bermimpi merupakan suatu aktivitas unik yang tak pernah disadari manusia ketika sedang tidur. Oleh para ilmuwan Max Planck, kini aktivitas manusia selama bermimpi bisa diukur. Penelitian yang bekerja sama dengan rumah sakit Charite di Berlin kini telah berhasil menganalisis aktivitas otak selama bermimpi untuk pertama kalinya. Hasil riset ini telah diterbitkan dalam jurnal Current Biology. Mereka melakukan penelitian ini dengan alat resonansi magnetik (NMR) untuk melihat pencitraan aktivitas otak manusia. Alat ini digunakan untuk melihat gambar otak yang diamati ketika sedang bermimpi. Para ilmuwan menghitung aktivitas mimpi dengan mencocokkan salah satu aktivitas ketika sedang terjaga.Dengan NMR, peneliti memungkinkan juga untuk melihat ‘peta lokasi’ yang tepat dari otak ketika sedang bermimpi. Namun, sampai sekarang penelitian ini belum bisa meneliti bagian otak mana yang berhubungan langsung dengan isi mimpi.‘Pemimpi’ yang diteliti diminta untuk segera bangun dari mimpi ketika scaner NMR mendeteksi sesuatu. Untuk mengetahui bahwa ‘pemimpi’ sudah terbangun, peneliti melihat dari pergerakan mata. Pemimpi kemudian diminta untuk mengepalkan tangan kanan berulang kali, lalu bergantian mengepalkan tangan kiri mereka selama sepuluh detik.
Sebuah wilayah di korteks sensorik motorik otak- yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan gerakan, sebenarnya diaktifkan selama mimpi itu. Hal ini secara langsung sebanding dengan aktivitas otak yang muncul ketika mengepalkan tangan kanan lalu berpindah tangan kiri ketika sedang terjaga. Bahkan jika pemimpi hanya membayangkan gerakan tangan saat terjaga, korteks sensorik motor bereaksi dengan cara yang sama.Hubungan antivitas otak selama bermimpi dan tindakan sadar menunjukkan bahwa isi mimpi dapat diukur. “Dengan metode ini, kita dapat mengukur tidak hanya gerakan sederhana selama tidur, tetapi juga pola aktivitas di otak selama persepsi visual yang mimpi,” ujar Martin Dresler, seorang peneliti di Institut Max Planck untuk Psychiatry.

praktek jurus merayu cewek dari email

 Praktek Jurus Merayu Cewek Dari Email
Si Asep sedang membaca emailnya, dan ada artikel menarik tentang cara berkenalan dengan (baca: merayu) cewek. Salah satunya adalah dengan memulai perbincangan seperti berikut :

Cowok : "Maaf, mbak. Mbak punya obeng, ngga?"
Cewek : "Ha? Nggak.."
Cowok : "Kalo nomer hp punya kan?"

.....

Akhirnya, Asep Surasep ingin mencoba "rayuan maut" tersebut.
Dan... Di suatu taman...

Asep : "Maaf, mbak. Mbak punya obeng nggak?"
Cewek : "Punya... Mau yang plus atau minus?"
Asep : "Eh?!?,..ngg..yang minus aja mbak. Kalo palu punya nggak?"
Cewek : "Punya juga.. nih.."
Asep : "(Damn..) ?? Kalo kunci inggris, ada nggak?" (dengan penuh pengharapan agar si cewek menjawab "tidak")
Cewek : "Ooo.. itu juga ada... dari ukuran 10 sampai 20. Mas mau yang mana?"
Asep : "(buset...).. DAAMMMN...!! F&^%**K.... To the point aja deh, mbak. Mbak punya nomer hape nggak?"
Cewek : "Ooo.. ini.. (sambil menyodorkan kartu nama dan brosur Ace hardware). Kalo mas butuh perkakas, hubungi saya aja. Saya kebetulan di bagian sales Ace Hardware, pusat perkakas yang terlengkap. Ace hardware gitu lho!!!..."
Asep : "....nasiiib...." (sambil pergi dengan tertunduk lesu..)

maafkan daku sobat

Penulis: bepe, 22 October 2011
Setelah bermain selama dua musim di Malaysia bersama Selangor FC, pada musim 2007/2008 akhirnya saya memutuskan untuk kembali ke Indonesia dan bermain kembali bersama Persija Jakarta. Persija Jakarta adalah satu-satunya klub profesional yang saya bela selama bermain di Liga Indonesia sampai dengan saat i
Persija Jakarta adalah sebuah klub yang memiliki kesan sangat mendalam dalam perjalanan karier saya. Di klub ini saya mengalami banyak sekali kejadian-kejadian baik suka maupun duka. Saya pernah merasa bahagia, tersenyum, sedih, menangis hingga depresi di klub ibu kota ini.
Bersama Persija Jakarta saya pernah  meraih gelar juara, pencetak gol terbanyak, pemain terbaik, pemain muda terbaik, mengalami cedera panjang karena patah kaki, hingga depresi. Semua pernah saya alami di sini. Bahkan di musim 2002/2003, saya juga pernah mengalami ancaman pembunuhan dari salah satu suporter Persija, The Jakmania, melalui telepon. Kala itu, suporter tersebut merasa sangat kecewa dan keberatan dengan rumor kepindahan saya ke klub lain. Mengenai peristiwa tersebut nanti akan saya ceritakan dalam kesempatan yang berbeda.
Singkat cerita, pada putaran kedua musim 2007 karena masalah teknis, Persija melakukan pergantian kapten tim. Saat itu saya ditunjuk menjadi kapten baru menggantikan Javier Rocha yang hijrah ke klub lain. Awalnya saya menolak karena saya pikir masih ada pemain lain yang lebih layak untuk menjabat kapten tim selain saya, yaitu Ismed Sofyan.
Menurut pendapat saya, Ismed lebih berhak karena dia sudah bermain selama 4 tahun berturut-turut di klub ini. Sedangkan saya, memang bukan wajah baru di tim ini, karena saya sudah bermain selama 6 tahun disini sebelum memutuskan hijrah ke Selangor FC, tetapi dengan status sebagai pemain yang baru kembali memperkuat tim ini, saya merasa kurang layak jika saya menjabat kapten tim saat itu.
Akan tetapi, dengan berbagai alasan ketika itu Ismed menolak jabatan tersebut. Dan jajaran pengurus pun akhirnya memutuskan untuk menunjuk saya sebagai kapten tim, dan Ismed Sofyan sebagai wakil kapten. Maka jadilah saya kapten Persija Jakarta untuk yang kedua kalinya setelah sempat menjabat beberapa kali di tahun 2003/2004. Dan jabatan itu sendiri masih saya pegang sampai dengan saat ini.
Sebagai kapten dan wakil, maka kamipun aktif berubungan dengan pihak kepengurusan mengenai segala permasalahan yang terjadi di dalam tim. Biasanya kami berhubungan dengan Bapak I.G.K. Manila yang saat itu menjabat sebagai manajer tim. Beberapa kali, kami juga berdiskusi dengan pengelola tim yaitu Bapak Haryanto Badjoeri. Tetapi, dalam keseharian kami lebih sering berdiskusi dengan Engkong, panggilan akrab kami kepada Pak Manila.
Dalam golongan pemain bola, mungkin saya dapat dikategorikan dalam kelompok orang-orang yang cukup usil atau jahil, terutama terhadap sahabat-sahabat saya sendiri. Pada suatu ketika, entah mengapa tiba-tiba terlintas di benak saya untuk berbuat usil kepada Ismed Sofyan, teman sekamar saya.
Dalam kesehariannya, Ismed sofyan merupakan pribadi yang cukup serius dan tidak banyak berbicara. Akan tetapi bukan berarti Ismed tidak dapat bercanda, walaupun memang tidak semua orang mampu membuat manusia yang satu ini untuk tertawa.
Saya pertama mengenal Ismed saat ada kejuaraan antar Diklat di Salatiga pada pertengahan  tahun 1996. Saat itu seharusnya saya juga turut bermain dalam kejuaraan tersebut, akan tetapi karena nomor induk anggota Diklat saya masih dalam proses, maka dengan berat hati saya tidak dapat bermain dan harus rela menjadi penonton. Karena masalah tersebut, akhirnya saya mendapatkan tugas baru dari pelatih Diklat Salatiga ketika itu Mas Haryadi (Sekarang menjadi pelatih Persiba Balikpapan), yaitu menjadi fotografer sekaligus tukang bawa air minum untuk tim Diklat Salatiga.
11 tahun sudah saya mengenal manusia satu ini (1996 - 2007), oleh karena itu sedikit banyak saya tahu betul dengan sifat dari sahabat saya tersebut. Suatu ketika saat kami sedang makan siang di sebuah hotel di Makassar, saya menemukan ponsel Ismed terjatuh di lantai ruang makan, maka dengan segera sayapun menyelamatkan, menyembunyikan mungkin kata yang lebih tepat, alat komunikasi tersebut.
Niat awal saya yang hanya ingin menyembunyikannya saja tiba-tiba berubah ke arah yang lebih jahil lagi. Saya mengubah salah satu nomor telepon saya, Ismed mempunyai dua nomor ponsel saya di memori ponselnya, dengan nama presiden klub kami yaitu Bapak Harianto Bajoeri. Agar ketika saya sms atau tlp yang keluar adalah nama beliau hehehehe.
Setelah selesai mengubahnya, maka dengan memasang raut muka baik hati sayapun mengembalikan ponsel tersebut kepada Ismed sambil berkata, "Nih HP lo tadi jatuh, untung gue temuin tadi di ruang makan, kalo ngga udah wassallam boss. “
Ismedpun menjawab: "Wah terima kasih, tumben lo baik ama gue hehehe.” Dengan demikian, maka resmilah salah satu nomor saya berganti nama menjadi Haryanto Bajoeri di ponsel Ismed hahahahaha.
Malam harinya saya mulai beraksi, malam itu kami tengah asyik menonton sebuah acara TV. Secara sembunyi-sembunyi saya mengirimkan sms yang berbunyi "Selamat malam, bagaimana keadaan tim? baik-baik saja kan? Salam buat pemain yang lain.” Di tengah keseriusan kami dalam menikmati acara TV, tiba-tiba Ismed beranjak dari posisi tidurnya dan berbicara dengan nada setengah heran. Di bawah ini kira-kira percakapan kami malam itu.
Ismed: “Eh eh Mbang, Pak Bajoeri sms gue nih.”
“Ah yang bener lo? Tumben amat Med. Ngomong apa Pak Bajoeri?” tanya saya dengan setengah menahan tawa.
Ismed: “Iya nih, gue juga kaget ada angin apa Bapak (Sebutan kami untuk Pak Bajoeri) sms gue.”
"Iya, apa Bapak bilang?” tanya saya dengan muka penasaran.
Ismed: “Bapak nanya keadaan tim, eh Bapak tahu nomor telepon lo ngga?”
Saya : “Tahu lah seharusnya, kan waktu itu ajudan Bapak minta nomor kita berdua.”
“Tapi, kenapa Bapak ngga sms lo ya, kenapa malah sms gue? Ismed bertanya dengan nada heran.
Saya : “Iya kan sama saja Med, toh kita sekamar juga.”
“Jadi gue harus gimana nih?” tanya Ismed lagi dengan muka yang sangat serius.
“Ya sampaikan saja apa yang terjadi di dalam tim,” jawab saya dengan muka sok tenang hehehe.
Ismed: “Ok-ok baik lah kalau begitu.”
Saat itu saya tengah tiduran di atas tempat tidur, dengan posisi badan membelakangi Ismed. Ponsel sengaja saya sembunyikan di bawah bantal dan dalam keadaan silent, sehingga tidak terdengar suara apapun ketika Ismed membalas sms dari Bapak Bajoeri gadungan (Saya) tersebut. Sesekali Ismed menanyakan apa kira-kira yang harus dia jawab atas pertanyaan dari bapak. Melihat keseriusan dia dalam menanggapi sms tersebut, beberapa kali sukses membuat saya kram perut karena menahan tawa.
Sesekali di malam hari menjelang tidur, Bapak (atau saya lebih tepatnya) mengirimkan sms yang berisi wejangan atau pesan kepada Ismed Sofyan. Dalam sms itu tidak lupa saya juga menyampaikan agar pesan saya tersebut disampaikan kepada Bambang, dan dilanjutkan kepada seluruh anggota tim. Dan dengan seketika Ismed pun akan langsung menyampaikan pesan tersebut kepada saya dengan raut muka yang sangat serius hahahaha.
Agar tidak menjadi sesuatu yang aneh dan terkesan janggal, maka sayapun beberapa kali menyampaikan pesan tersebut kepada seluruh pemain, di saat akhir latihan sebelum do’a penutup. Saya harus melakukan hal tersebut agar Ismed tidak curiga dengan skenario yang saya buat. Sejujurnya saat berbicara di depan pemain, saya harus menahan tawa yang luar biasa, akan tetapi setidaknya memberikan semangat kepada tim bukanlah sebuah hal yang negatif bukan..?? walau sebenarnya wejangan tersebut berasal dari saya sendiri.
Pernah suatu ketika, saya tidak mampu menahan tawa ketika Ismed menemui saya dengan sedikit tergopoh-gopoh dan menyampaikan jika ada sebuah sms dari Bapak. Melihat tingkah Ismed sayapun tertawa terbahak-bahak. Melihat saya tertawa, reaksi Ismed ketika itu adalah marah. Dia marah karena sebagai kapten tim saya dianggap tidak serius dalam menanggapi sms dari Bapak. Ismed menganggap saya kurang peduli dengan perkembangan tim ini. Melihat Ismed yang marah dengan alasan demikian, tentu membuat tawa saya semakin keras saja.
Peristiwa tersebut membuktikan, jika Ismed adalah seorang pribadi yang sangat serius dan bertanggung jawab dengan apapun yang terjadi di dalam tim yang dia bela. Dan memang demikianlah adanya seorang Ismed Sofyan yang saya kenal selama bertahun-tahun. Sepanjang saya mengenal seorang Ismed Sofyan, dia adalah salah satu dari tidak banyak pemain yang akan selalu memberikan kemampuan terbaiknya, baik saat latihan apalagi dalam sebuah pertandingan. Ia juga sangat peduli dengan keadaan yang terjadi di dalam tim. baik klub maupun tim nasional. Komitmennya terhadap tim tidak akan pernah berubah dalam apapun keadaannya.
Skenario itu sendiri berjalan kurang lebih selama 3 bulan. Dan selama 3 bulan jugalah, saya selalu ingin tertawa jika sedang berbicara dengan Ismed, terlebih lagi ketika membahas perkembangan komunikasi dia dengan Bapak (Haryanto Bajoeri).
Skenario yang berjalan mulus selama 3 bulan tersebut, akhirnya harus berantakan karena sebuah kesalahan atau kelalaian yang saya buat sendiri. Kelalaian itu terjadi ketika Persija tengah berada di Surabaya, melakoni partai away melawan Deltras. Saat itu saya tengah makan bandeng penyet di gang Kaliasin Pompa, di samping Tunjungan Plaza, sedangkan Ismed berada di kamar hotel. Saat itu saya ingin berbicara melalui telepon dengan Ismed, mengingat nomor yang biasanya saya pakai batereinya tengah habis, maka tanpa rasa ragu saya mengunakan nomor ponsel saya yang satu lagi.
Di sinilah letak kelalaian saya, nomor yang saya pakai adalah nomor  yang di ponsel Ismed tersimpan dengan nama Pak Haryanto Bajoeri. Saat itu saya berkata: "Med dimana lo?”
Di seberang Ismed menjawab: "Selamat siang Pak, saya sedang di hotel.”
"Ini gue Bambang, main pak-pak aja lo," timpal saya dengan sedikit marah.
Seketika dari seberang sana terdengar suara Ismed menjawab dengan sedikit ragu-ragu: "Hah..?? Ini siapa ya..??"
"Ini gue Bambang, lo mau di bungkusin bandeng penyet ngga? Emang nomor gue ngga lo simpen ya?” jelas saya masih dengan tidak sadarnya.
"Lah kok di sini tulisannya Pak Bajoeri..??" jawab Ismed di seberang sana.
Mendengar jawaban tersebut seketika sayapun tersadar, kalau saya tengah menggunakan nomor telepon yang biasa saya pakai untuk SMS Ismed. Dan nasipun sudah menjadi bubur, semenjak kejadian tersebut Ismed pun tahu jika saya telah mengubah salah satu nama saya dengan nama Pak Bajoeri di ponselnya. Dan dia pun sadar jika selama ini dia telah berkomunikasi dengan saya, bukannya pengelola kami Bapak Haryanto Bajoeri.
Awalnya Ismed sempat marah sekali dengan kenyataan tersebut, akan tetapi tidak membutuhkan waktu yang lama bagi saya untuk meluluhkan kembali hatinya, yang memang terkenal keras. Sayapun minta maaf atas keusilan tersebut, dan akhirnya kamipun menganggap peristiwa tersebut sebagai sebuah romantika kehidupan, sehingga membuat kami tertawa bersama hahahaha.
Beberapa waktu lalu, saya sempat meminta izin Ismed untuk menulis tentang cerita ini. Dan ejujurnya, saya tidak begitu berharap Ismed mengizinkan saya untuk menulis kisah tersebut. Akan tetapi tanpa saya duga, Ismed meberikan izin kepada saya untuk menulis cerita ini. Bahkan diapun sempat kembali memaki saya, ketika mengingat kisah yang cukup memalukan tersebut. Akan tetapi, pada akhirnya kamipun kembali tertawa terbahak-bahak saat menceritakan kembali kisah tersebut.
"Maafkan Daku Sobat"  Hahahahaha...
Akhir sekali ijinkan saya untuk mengucapkan, Selamat berakhir pekan untuk kita semua..

satu bintang milik kami

Penulis: bepe, 16 January 2012
Pada sebuah kesempatan Bambang Pamungkas pernah berkata: "Sebagai pemain profesional saya akan selalu berusaha bermain di liga yang resmi, dalam hal ini di bawah PSSI dan diakui oleh FIFA"

Pada kenyataannya Bambang Pamungkas saat ini bermain di Persija Jakarta yang berlaga di Liga Super Indonesia, artinya Bambang Pamungkas bermain di dalam sebuah liga yang tidak resmi, tidak di bawah PSSI dan juga tidak diakui oleh FIFA. Apakah gerangan yang terjadi..?? Apakah Bambang Pamungkas lupa dengan apa yang pernah dia sampaikan ketika itu....?? Atau Bambang Pamungkas berpura-pura lupa..??
Oleh karena itu menarik untuk kita simak, apa yang akan Bambang Pamungkas sampaikan dalam penjelasan di bawah ini..


Teluk Kuantan, Riau : 14 Januari 2012..

Ini adalah untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota bernama Kuantan Singingi atau biasa disingkat Kuansing di propinsi Riau, udara di kota ini boleh dikatakan panas dan cukup menyengat. Melihat dari penampakan struktur bangunan-bangunan di kota ini, nampak sekali jika kota ini tengah dalam proses menuju sebuah kota mandiri. Banyak sekali bangunan-bangunan baru yang arsitekturnya cukup futureristik di kota ini, seperti gelanggang-gelanggang olah raga, sekolah-sekolah, tempat ibadah dan juga beberapa gedung-gedung pemerintahan..

Akan tetapi ada satu hal yang cukup mengusik hati saya di kota ini, yaitu bangunan stadion sepakbola di Kuansing Sports Center. Hal yang aneh dari bangunan ini adalah, mengapa lampu penerangan di stadion Kuansing ini tingginya berada tepat di bawah atap tribune utama alias tidak begitu tinggi. Saya tidak bisa membayangkan jika misalnya sebuah pertandingan sepakbola dilaksanakan di malam hari di stadion ini, saya yakin jika sinar dari lampu penerang stadion tersebut akan banyak mengganggu jalannya pertandingan..

Sehari menjelang pertandingan biasanya saya akan banyak mengurung diri di dalam kamar. Kegiatan kami di hari ini hanyalah ujicoba lapangan dipagi hari. Menikmati wisata kuliner di siang harinya adalah salah satu menu wajib kami saat menjalani tour seperti ini, akan tetapi mengingat saya beserta rekan-rekan Persija Jakarta yang lain tidak mengetahui apa kira-kira menu dan tempat favorit yang harus di tuju, maka kamipun memilih untuk berdiam diri di kamar masing-masing. Baru di sore harinya kami bergerak mencicipi sop daging rusa yang cukup khas di kota ini, setelah mendapat rekomendasi dari salah seorang pemain PSPS Pekanbaru yang juga pernah membela Persija Jakarta..

Kembali ke pembahasan utama kita, yaitu mengenai mengapa saya memilih bermain di Liga Super Indonesia dan bukan di Liga Premier Indonesia. Hal tersebut juga sangat erat kaitannya dengan kebijakan PSSI sendiri yang dalam hal ini menentukan mana Persija Jakarta yang sah di mata PSSI. Seperti apa yang saya sampaikan dalam artikel (Seandainya , Oh Seandainya - Januari 2012) bahwa pembahasan saya di tulisan tersebut, sedikit banyak memberikan petunjuk mengapa saya memilih jalan berseberangan dengan PSSI..

Hal tersebut bukan karena saya tidak menghormati institusi PSSI beserta orang-orang di dalamnya. Akan tetapi lebih kepada keyakinan saya, dalam hal ini mengenai mana yang benar dan mana yang salah menurut hati dan nurani saya. Dibawah ini akan coba saya jabarkan maksud dari kata kebenaran menurut hati dan nurani saya..

Salah satu hal yang memicu kontroversi publik dalam pembentukan Liga Premier Indonesia adalah naik nya PSMS Medan ke kasta tertinggi kompetisi di Indonesia sebagai tim undangan, yang dinilai berdasarkan sejarah dan sumbangsih PSMS Medan kepada perkembangan persepakbolaan Indonesia di masa lampau. Membahas mengenai sumbangsih dan sejarah, maka hal tersebut menjadi sangat menarik untuk dibahas..

Jika kita membahas mengenai kebijakan PSSI mengenai PSMS Medan, saya jadi tertarik untuk membahas tim yang saya bela sendiri, yaitu Persija Jakarta yang oleh PSSI tidak di akui keberadaannya. Jika kita menengok ke belakang, catatan sejarah mengatakan jika Persija Jakarta juga bukanlah tim sembarangan, sumbangsih tim ini kepada tim nasional khususnya dan juga kepada dunia persepakbolaan Indonesia pada umumnya tentu juga tidak perlu lagi dipertanyakan..

"Mengoleksi 10 gelar juara liga Indonesia dan menjadi salah satu dari 2 tim yang belum pernah terdegradasi sejak berdiri sejak berdirinya klub ini pada tahun 1928, jelas sebuah prestasi yang tidak dapat dipandang sebelah mata".
Dari tahun ke tahun Persija Jakarta juga rajin menyumbangkan para pemainnya ke tubuh tim nasional Indonesia. Saya pernah mendengar sebuah cerita dari salah satu pemain legendaris Indonesia di era 70/80an. Beliau berkata, "Zaman Om dulu kalo pemain tim nasional itu ada 24 orang, maka minimal setengahnya adalah pemain Persija Jakarta"..

Siapa yang tidak mengenal nama-nama seperti Sucipto Suntoro, Maulwi Saelan, Yudho Hadiyanto, Roni Paslah, Soedarno, Oyong Lisa, Sutan Harhara, Iim Ibrahim, Simson Rumahpasal, Johanes  Auri, Sueb Rizal, Junaidi Abdillah, Sofyan Hadi, Anjas Asmara, Andi Lala, Iswadi Idris, Risdiyanto, Taufik Saleh, Marzuki Nyakmad, Adji Ridwanmas, Ashari Rangkuti, Patar Tambunan, Isman Jasulmei, Rahmad Darmawan dan Kamarudin Betay..

Belum lagi di era pertengahan 90an hingga sekarang, ada Rocky Putirai, Widodo C Putro, Miro Baldo Bento, I Komang Putra, Nur Alim, Warsidi, Budiman, Ritham Madubun, Aples Tecuari, Anang Ma'ruf, I Putu Gede, Charis Yulianto, Syamsul Chairudin, Budhi Sudarsono, Hamka Hamzah, Mohammad Roby, Gendut Doni, Ellie Aiboy, Ismed Sofyan, Firman Utina, Hendro Kartiko, Ponaryo Astaman, Hasim Kipaw, Johan Juansyah, Rhamdani Lestaluhu, Andritany Ardhiyasa dan tentunya juga Bambang Pamungkas..

Dalam hal ini saya tidak sedang meragukan sejarah kebesaran yang telah di torehkan oleh PSMS Medan, akan tetapi jika PSSI dapat memperlakukan PSMS dengan begitu istimewa, mengapa PSSI tega memperlakukan Persija Jakarta dengan sedemikian tidak adilnya. Karena jika dilihat dari segi prestasi dan sejarah panjangnya, saya yakin jika Persija Jakarta tidak kalah mentereng dari apa yang telah dicatatkan PSMS Medan, jikalau pun tidak boleh dikatakan lebih baik. Jadi dilihat dari dari sisi manapun PSSI tidak sepantasnya mengacak-acak tim kebanggan kami seperti ini..

"Persija Jakarta yang asli itu tidak harus ada Bambang Pamungkas-nya, tidak harus ada Ismed Sofyan-nya, tidak juga harus ada Bang Mansyur-nya (Perlengkapan kami yang sudah kurang lebih 17 th melayani pemain Perija Jakarta". Akan tetapi Persija yang asli itu yang memiliki puluhan ribu pendukung setia bernama The Jakmania, pendukung militan Persija Jakarta yang selalu mendampingi kemanapun tim Macan Kemayoran berlaga. Itulah tim Persija Jakarta yang sebenarnya"..

Jika anda sekalian masih ragu dan sangsi dengan Persija Jakarta yang sebenarnya, maka bertanyalah kepada Bis Persija Jakarta yang berwarna orange dan bergambar macan itu. Bis yang catnya sudah mulai memudar, mengelupas serta berkarat itu akan bercerita secara detail siapa-siapa saja pemain, pelatih serta pengurus yang pernah berbaju Persija Jakarta selama 15 tahun terakhir.

Saya yakin jika bis tersebut juga akan bercerita sambil tersenyum, ketika mengingat saat-saat kami meraih gelar dan berpawai bersama puluhan ribu Jakmania mengelilingi ibukota Jakarta pada musim 2000/2001. Sebuah gelar yang pada akhirnya di simbolkan dengan satu buah bintang berwarna emas di atas lambang klub kebanggan kota Jakarta tersebut..

Oleh karena itu, akan menjadi sebuah hal yang aneh dan menjengkelkan ketika saat ini ada sebuah tim lain yang menggunakan nama kami, warna ciri khas kami dan juga lambang kebesaran kami lengkap dengan satu bintang diatasnya. Mereka mungkin dapat saja membohongi publik dengan segala tipu muslihat dan pemutar balikan fakta, akan tetapi mereka tidak akan pernah dapat membohongi pendukung setia kami The Jakmania, yang akan selalu mengerti mana Persija Jakarta yang sebenarnya..

"Mereka boleh saja merampas nama kami, warna kami dan juga emblem kebesaran kami. Akan tetapi satu hal yang harus mereka ingat, semangat dan sejarah panjang "Macan Kemayoran" itu akan tetap berada disini di dalam hati dan sanubari kami sampai kapanpun"..

Jadi mengapa saya memilih bermain di ISL bukan di IPL..?? Jawabannya lebih pada ketidak relaan saya melihat sebuah tim yang telah saya bela selama satu dekade dan juga telah membesarkan nama saya, diperlakukan dengan semena-mena oleh PSSI. Bukan karena saya tidak menghormati institusi PSSI beserta semua orang yang berada di dalamnya, Sekali lagi "Bukan karena itu..!!"

Bambang Pamungkas bisa saja hijrah ke klub lain, cepat atau lambat saya pasti tidak akan menjadi bagian dari tim ini lagi, akan tetapi tidak di saat-saat seperti ini. Tidak disaat tim kebanggan saya dalam keadaan yang sekarat dan limbung sehingga membutuhkan dukungan moral untuk bangkit melawan segala ketidak adilan yang menimpa tim ini, sekali lagi "Tidak Disaat-saat Seperti Ini..!!!"

Bagi semua orang yang merasa memiliki dan mencintai Persija Jakarta sepenuh hati, dimanapun anda sekalian berada. Ijinkanlah saya untuk mengutip sebuah quote dari seorang penyair dari India bernama "Rabindranath Tagore" yang berbunyi seperti di bawah ini:

"Cloud come floating in to our life, No longer to carry rain or usher storm, but to add colour to our sunset sky"..

Percayalah bahwa segala permasalah yang menyelimuti kita selama ini tidak akan pernah mampu membuat kita tercerai-berai. Akan tetapi sebaliknya, segala permasalan tersebut akan membuat kebersamaan kita semakin erat, semakin kuat, semakin bersatu-padu untuk terus menjaga tradisi dan nama besar Macan Kemayoran Persija Jakarta yang kita sama-sama cintai..

Akhir sekali, nama saya Bambang Pamungkas. Bermain menggunakan nomer punggung 20 sejak tahun 1999 bersama Persija Jakarta. Saya pernah patah kaki menggunakan seragam orange kebesaran kami tersebut. Persija Jakarta yang diakui PSSI saat ini bukanlah Persija Jakarta yang saya kenal selama ini. Saya yakin dalam lubuk hati yang paling dalam, semua orang akan mengerti, "Mana Persija Jakarta dan mana Jakarta FC..

"Satu Bintang Itu Milik Kami, Bukan Milik Kalian"

tanggung jawab bersama

13"Ini Tanggung Jawab Bersama"
Penulis: bepe, 27 November 2011

Hotel Mangkuputra, Cilegon, Banten - 18 November 2011
Langit masih nampak gelap gulita ketika saya keluar dari pintu rumah dan menyalakan mobil saya, waktu di jam tangan saya menunjukkan pukul 04:00 WIB. Udara dingin pagi ini cukup mampu memaksa saya untuk membalut tubuh saya dengan sebuah jaket, dan pilihan saya pagi ini jatuh pada jaket berwarna hitam dengan kombinasi warna orange bertuliskan Persija Jakarta di bagian belakangnya.
Sambil menyerahkan sebuah termos kecil berisi kopi panas, Dewi istri saya berkata "Hati-hati ya cin, pelan-pelan saja nyetirnya, kalo sudah sampai jangan lupa kabarin". "Iya sayang, pasti aku kabarin" jawab saya lirih sambil menerima setermos kopi dari tangan istri saya. Beberapa saat kemudian, setelah mesin mobil saya rasa cukup panas dan setelah mencium Dewi istri saya tercinta, maka sayapun bergegas memacu kendaraan saya membelah suasana dingin dan tipisnya kabut pagi ini..
Tujuan saya pagi ini adalah untuk bergabung dengan tim Persija Jakarta yang tengah melakukan pemusatan latihan di hotel Mangkuputra, Cilegon, Banten. Jalanan kota Jakarta pagi ini masih sangat lengang, sangat bertolak belakang dengan saat di siang hari. Selama perjalanan banyak sekali hal berkecamuk dalam benak saya. Hal-hal yg berkaitan dengan pekerjaan saya sebagai pesepakbola silih berganti lalu-lalang di kepala saya ketika ini. Ingin rasanya saya menuliskan hal-hal tersebut di iPad kesayangan saya. Akan tetapi apalah daya, tidak mungkin juga saya melakukan dua buah hal yg sama-sama membutuhkan konsentrasi tinggi secara bersamaan, yaitu menulis dan mengemudikan kendaraan..
Andai saja saya Adam Gibson (Arnold Schwarzenegger) dalam film The 6th Day yang tinggal mengatakan mana tujuan saya dan mobil akan berjalan dengan sendirinya. Atau mungkin Tony stark (Robert Downey Jr) dalam Iron Man yang memiliki asisten super cangging bernama Jarvis, makan saya yakin dalam 1,5 jam kedepan saat saya memasuki kota Cilegon, sebuah artikel utuh sudah berada di dalam iPad saya dan siap disajikan di blog saya bambangpamungkas20.com. Namun pada akhirnya dikarenakan keterbatasan kemampuan tersebut,keinginan untuk menulispun harus saya tahan hinga siang harinya..
Keterpurukan tim nasional Indonesia dalam mengarungi babak kualifikasi piala dunia 2014 menyisakan kegundahan serta kekecewaan yang luar biasa di hati seluruh masyarakat Indonesia. Tanpa mendapatkan satu poinpun dari 5 kali pertandingan jelas sebuah hasil yang menyedihkan atau dapat juga dikatakan sangat memalukan. Terlepas dari kualitas lawan-lawan yang dihadapi memang lebih baik, akan tetapi seharusnya kita mampu berbuat atau menyajikan penampilan yang lebih baik dari apa yng sudah kita pertontonkan selama gelaran kualifikasi ini..
Seperti yang pernah saya sampaikan dalam artikel (Bola Itu Berada Di Tangan Kita - 2009), bahwa - "Harus selalu ada pihak yang bertanggung jawab dalam setiap kegagalan". Begitu pula saat ini, banyak sekali suara-suara di luar sana yang menunjuk pelatih kepala tim nasional Indonesia Wim Rijsbergen sebagai orang yang paling bertanggung jawab atas hasil buruk tim yang didapat nasional saat ini..
Hal tersebut membuat begitu banyak orang menginginkan pelatih berkebangsaan Belanda tersebut untuk lengser diri dari jabatan pelatih kepala tim nasional Indonesia. Disamping itu, tidak kalah banyak juga masyarakat yang menginginkan kapten tim nasional Bambang Pamungkas dan wakil kapten ti nasional Firman Utina untuk mengundurkan diri dari tim nasional Indonesia..
Pada artikel ini ijinkan saya untuk membahas perihal pelatih tim nasional Wim Rijsbergen terlebih dahulu, sedang perihal tuntutan pengunduran diri kepada Bambang Pamungkas dan Firman Utina nantinya akan saya bahas di bagian akhir dari artikel ini..
Dalam jumpa pers setelah pertandingan Indonesia melawan Iran yg berkesudahan 1:4 untuk kemenangan anak asuhan Carlos Queroz tersebut, saya sempat berbicara cukup keras di depan semua awak media yg hadir ketika itu. Beginilah kurang lebih ucapan saya ketika itu:
"Saya adalah pribadi yang selalu berusaha untuk menilai segala sesuatunya secara fair. Dahulu ketika Alfred Riedl dipecat, saya adalah pemain yang berteriak paling lantang dalam menyuarakan ketidak sependapatan saya. Ketika itu saya sama sekali tidak menolak kehadiran Wim sebagai pelatih tim nasional, akan tetapi yang saya kritisi adalah keputusan PSSI yang terkesan semena-mena dalam memperlakukan Alfred Riedl. Saya menilai keputusan PSSI untuk melengserkan Riedl ketika itu sarat muatan muatan politis..
Beberapa waktu yang lalu saat kita kalah melawan Bahrain dan Wim terkesan menyalahkan para pemain, saya adalah orang pertama yang bersinggungan langsung dengan beliau. Bahkan dikarenakan hal tersebut, sejujurnya kami sempat tidak berjabat tangan dan tidak saling tegur dalam beberapa waktu. Akan tetapi saat ini, ketika semua orang menyalahkan Wim atas kegagalan tim nasional Indonesia untuk bermain baik selama penyisihan piala dunia 2014, saya jugalah orang pertama yang akan membela pelatih saya tersebut..
Mengapa demikian..?? Terlepas dari kekurangan dan kelebihan Wim sebagai seorang pelatih, semua pihak juga harus turut bertanggung jawab atas kegagalan ini. Sangat kurang bijaksana rasanya jika hanya pelatih yang dipersalahkan. Semua pemain termasuk saya pribadi sebagai kapten tim nasional Indonesia juga harus mempertanggung jawabkan kinerja kami. Demikian halnya dengan Ketua Umum PSSI Bpk Djohar Arifin yang juga harus berjiwa besar mengakui kegagalannya..
Bagaimana kita dapat menghadapi event sebesar kualifikasi piala dunia dengan baik, jika liga Indonesia sendiri sudah tidak bergulir selama kurang lebih 5 bulan. Pemain tidak memiliki jam terbang kompetitif di tiap minggunya, tidak ada ujicoba international yang cukup memadai, belum lagi kekacauan penyusunan kompetisi yang semrawut yang dampaknya membuat beberapa tim tidak dapat melakukan persiapan dengan maksimal. Hal tersebut membuat banyak pemain tidak dapat menjalankan program latihan dengan baik serta maksimal sebagaimana mestinya..
Sebagai contoh, jika seorang pelatih merasa kurang puas dengan kinerja pemainnya, maka logikanya pelatih tersebut akan memanggil pemain baru untuk menambah daya dobrak atau kekuatan tim. Dalam hal ini Wim tidak dapat melihat pemain-pemain baru karena tidak ada kompetisi yang sedang bergulir. Keterbatasan stok pemain karena tidak adanya kompetisi tersebut, juga merupakan salah satu kendala besar yang mau ngga mau harus dialami oleh Wim dalam meramu kekuatan tim nasional Indonesia saat ini..
Hal tersebutlah yang mendasari pendapat saya jika kegagalan ini bukan semata-mata menjadi tanggung jawab Wim. Wim memang harus bertanggung jawab sesuai dengan porsinya sebagai pelatih kepala tim nasional, akan tetapi kami seluruh pemain juga harus bertanggung jawab, karena walau bagaimanapun kami adalah pasukan yang berjibaku secara langsung di atas lapangan. Ketua Umum PSSI juga harus bertanggung jawab, mengapa..?? karena jalan atau tidaknya roda kompetisi di Indonesia ini jelas berada di tangan beliau, sebagai pengambil keputusan tertinggi dalam organisasi bernama PSSI"..
Oleh karena itu, sebagai bentuk pertanggungjawaban itu, saya sangat setuju jika nantinya diadakan evaluasi menyeluruh dalam tubuh tim nasional Indonesia saat ini. Apalagi jika kita melihat penampilan tim nasional U-23 yang sangat impresif selama gelaran SEA Games yang lalu. Menurut pendapat saya pribadi, pemain-pemain muda kita sudah cukup layak untuk mulai memikul tanggung jawab membela panji-panji tim nasional senior..
Pemain-pemain seperti Titus Bonai, Patrich Wanggai, Hasim Kipaw, Diego Michiels, Egi Melgiansyah, Okto Maniani, Andik Vermansyah, Abdurrahman dan juga Kurnia Meiga rasanya sudah cukup pantas diberi kesempatan untuk naik ke kelas tim senior..
Terlepas dari kegagalan tim nasional U-23 untuk meraih emas di SEA Games karena dikalahkan Malaysia di final, menurut pendapat saya dengan materi pemain-pemain seperti mereka, rasanya masa depan sepakbola Indonesia terlihat cukuplah cerah..
Sepakbola adalah olahraga tim, oleh karena itu tidak akan pernah terjadi sebuah individu menjadi lebih penting daripada sebuah tim itu sendiri. Kita tidak akan pernah mampu memenangkan pertandingan hanya karena satu atau dua individu yang spesial. Kemenangan sebuah tim akan selalu terjadi dari hasil kinerja semua individu di dalam tim tersebut. Satu, dua individu mungkin saja tampil lebih menonjol dari individu yang lain, akan tetapi itu bukan menjadi sebuah alasan untuk tidak mengapresiasi kinerja individu-individu yang lain..
Begitu pula sebaliknya, kekalahan atau kegagalan sebuah tim tidak seharusnya juga hanya menjadi tanggung jawab beberapa individu saja. Satu, dua individu mungkin saja tampil di bawah performa terbaik mereka, akan tetapi alangkah kurang bijaksananya jika kita hanya melemparkannya semua kesalahan kepada individu-individu tersebut.
"Bukankah sebuah tim yang baik adalah tim yang terdiri dari individu-individu yang dapat saling mendukung, saling menutupi serta saling membantu antara individu satu dengan individu yang lain"..
Oleh karena itu dalam artikel (Indonesia Masih Bisa - 2010) saya pernah menyampaikan bahwa "Kita menang sama-sama dan sudah seharusnya kita juga kalah bersama-sama". Maka mari kita pertanggungjawabkan kegagalan ini bersama-sama. Pelatih, pemain dan juga Ketua Umum PSSI harus berjiwa besar untuk mempertanggungjawabkan kinerja nya sesuai dengan porsinya masing-masing..
Terlepas dari itu semua bagi saya pribadi, jika pertandingan melawan Iran kemarin pada akhirnya menjadi caps terakhir saya untuk tim nasional Indonesia, maka dengan lapang dada saya dapat menerima keputusan tersebut. Akan tetapi seperti apa yang juga sempat saya kemukakan dalam konferensi pers setelah pertandingan tersebut, bahwasanya:
"Masa depan saya di tim nasional, bukan berada di tangan rekan-rekan wartawan, bukan berada di tangan para suporter di luar sana, bukan di tangan komentator di TV-TV sana, bukan juga di tangan Ketua Umum PSSI Bpk Djohar Arifin. Masa depan saya di tim nasional berada di tangan pelatih tim nasional, siapapun nantinya yang akan menjabat sebagai pelatih tim nasional Indonesia. Ketika pelatih berkata "Bambang terima kasih atas kerja samanya, saya tidak membutuhkan tenaga kamu lagi", maka dengan sendirinya karir saya di tim nasional akan selesai saat itu juga. Sesederhana itu bukan..??
Akan tetapi sebaliknya, jika pelatih tim nasional masih memanggil dan membutuhkan tenaga saya, maka sudah menjadi kewajiban saya untuk memenuhi panggilan tersebut dan tidak alasan bagi saya untuk menolaknya. Ini bukan karena serakah atau tidak tahu diri, akan tetapi hal tersebut lebih kepada apresiasi tinggi dan tanggung jawab moral saya terhadap sebuah profesi yang telah membesarkan nama saya dan membuat saya dapat berada di tempat dimana saya berdiri saat ini"..
Dan saya yakin hal tersebut juga ada di benak sahabat dan yang juga wakil saya sebagai kapten tim nasional Indonesia Firman Utina. Menjadi pemain nasional adalah impian terbesar seluruh pemain sepakbola di belahan dunia manapun, karena hal tersebut merupakan sebuah tanggung jawab, sebuah kehormatan dan juga sebuah pengabdian seorang pemain sepakbola kepada olahraga yang mereka geluti dan juga kepada negara yang mereka cintai..
Sekali lagi kegagalan ini adalah tanggung jawab kita bersama, maka dari itu mari kita hadapi semua ini bersama-sama. Kegagalan demi kegagalan akan selalu meninggalkan rasa pahit yang luar biasa, serta tidak jarang rasa frustasipun timbul disana, akan tetapi itu semua tidak seharusnya membuat kita berhenti untuk berusaha dan berhenti berjuang untuk memperbaiki dunia persepakbolaan negeri yang kita cintai ini.
Karena: "If we stop trying, that means we are no better than a coward”..

biografi marco simonceli

1.Marco Simoncelli


Kebangsaan    Italia

Lahir    20 Januari 1987
Cattolica, Rimini, Italia

Meninggal    23 Oktober 2011 (umur 24)
Sepang, Malaysia

Tim saat ini    San Carlo Honda Gresini

No. motor    58
Situs web    marcosimoncelli.it


Marco Simoncelli (lahir di Cattolica, Rimini, Italia, 20 Januari 1987 – meninggal di Sepang, Malaysia, 23 Oktober 2011 pada umur 24 tahun) adalah salah satu pembalap MotoGP yang berasal dari Italia, dan cukup terkenal dengan karakter balapnya yang cukup garang. Gaya garangnya ini terlihat ketika seri terakhir MotoGP musim 2010, saat ia nyaris membuat Jorge Lorenzo terjatuh dan gagal meraih kemenangan di seri terakhir musim itu.Simoncelli mengawali karirnya di dunia balap motor profesional, ketika ia menginjak usia 9 tahun di ajang Italian Minimoto Championship. Tahun 2001 ia pun hengkang ke ajang European 125cc dan mengamankan titel juara pada tahun 2002.Pada tahun 2002 ia kemudian memulai karirnya di ajang MotoGP. Selama tiga tahun ia kemudian berlaga di kelas 125cc, namun ia hanya mampu meraih hasil terbaik di posisi kelima pada tahun 2005. Naik ke kelas 250cc ia menjadi satu-satunya pembalap tim Gilera yang mampu menunjukkan hasil terbaik di ajang ini. Yaitu menjadi juara dunia pada tahun 2008.Hasil ini membuat tim Gresini Honda tertarik untuk merekrutnya di ajang MotoGP pada tahun 2010 lalu. Ia pun mampu memperlihatkan hasil yang bagus sebagai pembalap rookie. Hasil terbaik yang bisa ditorehkan oleh pembalap asal Italia itu, adalah posisi keempat di MotoGP Portugal 2010.
Kematian
Simoncelli meninggal dunia di Sirkuit Internasional Sepang pada tanggal 23 Oktober 2011 karena kecelakaan yang dialaminya saat GP Malaysia 2011. Simoncelli terlibat kecelakaan bersama Colin Edwards dan Valentino Rossi saat berada di posisi keempat pada putaran kedua. Simoncelli terjatuh ketika sedang berbelok di tikungan ke-11 Sirkuit Sepang dan tertabrak oleh motor Edwards. Edwards juga terjatuh namun hanya mengalami patah tulang bahu, sementara Simoncelli berbaring diam di lintasan sesaat setelah kecelakaan dengan helmnya terlepas dalam insiden itu. Sementara itu, Rossi hanya sedikit kehilangan keseimbangan dan dapat melaju pelan ke pit-stop. Setelah insiden tersebut, perlombaan dihentikan dan Simoncelli langsung dibawa ke pusat medis Sirkuit Sepang. Pada pukul 16.56 waktu setempat, Simoncelli dinyatakan meninggal dunia karena luka serius yang dideritanya. Kemudian, dalam jumpa pers direksi balapan MotoGP, kepala medis, Michele Macchiagodena, menyatakan bahwa Simoncelli mengalami “trauma serius di kepala, leher, dan dada,” dan sempat diberi perawatan CPR selama 45 menit sebelum akhirnya meninggal.

Senin, 06 Februari 2012

Pengertian Kepemimpinan, Tipe/jenis kepemimpinan, Teori Kepemimpinan

DEFINISI KEPEMIMPINAN
 
Stogdill (1974) menyimpulkan bahwa banyak sekali definisi mengenai kepemimpinan. Hal ini dikarenakan banyak sekali orang yang telah mencoba mendefinisikan konsep kepemimpinan tersebut. Namun demikian, semua definisi kepemimpinan yang ada mempunyai beberapa unsur yang sama.

Sarros dan Butchatsky (1996), "leadership is defined as the purposeful behaviour of influencing others to contribute to a commonly agreed goal for the benefit of individual as well as the organization or common good". Menurut definisi tersebut, kepemimpinan dapat didefinisikan sebagai suatu perilaku dengan tujuan tertentu untuk mempengaruhi aktivitas para anggota kelompok untuk mencapai tujuan bersama yang dirancang untuk memberikan manfaat individu dan organisasi. Sedangkan menurut Anderson (1988), "leadership means using power to influence the thoughts and actions of others in such a way that achieve high performance".

Berdasarkan definisi-definisi di atas, kepemimpinan memiliki beberapa implikasi. Antara lain:
Pertama: kepemimpinan berarti melibatkan orang atau pihak lain, yaitu para karyawan atau bawahan (followers). Para karyawan atau bawahan harus memiliki kemauan untuk menerima arahan dari pemimpin. Walaupun demikian, tanpa adanya karyawan atau bawahan, kepemimpinan tidak akan ada juga.

Kedua: seorang pemimpin yang efektif adalah seseorang yang dengan kekuasaannya (his or herpower) mampu menggugah pengikutnya untuk mencapai kinerja yang memuaskan. Menurut French dan Raven (1968), kekuasaan yang dimiliki oleh para pemimpin dapat bersumber dari:
  • Reward power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan dan sumberdaya untuk memberikan penghargaan kepada bawahan yang mengikuti arahan-arahan pemimpinnya.
  • Coercive power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai kemampuan memberikan hukuman bagi bawahan yang tidak mengikuti arahan-arahan pemimpinnya
  • Legitimate power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin mempunyai hak untuk menggunakan pengaruh dan otoritas yang dimilikinya.
  • Referent power, yang didasarkan atas identifikasi (pengenalan) bawahan terhadap sosok pemimpin. Para pemimpin dapat menggunakan pengaruhnya karena karakteristik pribadinya, reputasinya atau karismanya.
  • Expert power, yang didasarkan atas persepsi bawahan bahwa pemimpin adalah seeorang yang memiliki kompetensi dan mempunyai keahlian dalam bidangnya.
Para pemimpin dapat menggunakan bentuk-bentuk kekuasaan atau kekuatan yang berbeda untuk mempengaruhi perilaku bawahan dalam berbagai situasi.

Ketiga: kepemimpinan harus memiliki kejujuran terhadap diri sendiri (integrity), sikap bertanggungjawab yang tulus (compassion), pengetahuan (cognizance), keberanian bertindak sesuai dengan keyakinan (commitment), kepercayaan pada diri sendiri dan orang lain (confidence) dan kemampuan untuk meyakinkan orang lain (communication) dalam membangun organisasi. Walaupun kepemimpinan (leadership) seringkali disamakan dengan manajemen (management), kedua konsep tersebut berbeda.

Perbedaan antara pemimpin dan manajer dinyatakan secara jelas oleh Bennis and Nanus (1995). Pemimpin berfokus pada mengerjakan yang benar sedangkan manajer memusatkan perhatian pada mengerjakan secara tepat ("managers are people who do things right and leaders are people who do the right thing, "). Kepemimpinan memastikan tangga yang kita daki bersandar pada tembok secara tepat, sedangkan manajemen mengusahakan agar kita mendaki tangga seefisien mungkin.

Model-Model Kepemimpinan

Banyak studi mengenai kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang dibahas dari berbagai perspektif yang telah dilakukan oleh para peneliti. Analisis awal tentang kepemimpinan, dari tahun 1900-an hingga tahun 1950-an, memfokuskan perhatian pada perbedaan karakteristik antara pemimpin (leaders) dan pengikut/karyawan (followers). Karena hasil penelitian pada saat periode tersebut menunjukkan bahwa tidak terdapat satu pun sifat atau watak (trait) atau kombinasi sifat atau watak yang dapat menerangkan sepenuhnya tentang kemampuan para pemimpin, maka perhatian para peneliti bergeser pada masalah pengaruh situasi terhadap kemampuan dan tingkah laku para pemimpin.

Studi-studi kepemimpinan selanjutnya berfokus pada tingkah laku yang diperagakan oleh para pemimpin yang efektif. Untuk memahami faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi tingkah laku para pemimpin yang efektif, para peneliti menggunakan model kontingensi (contingency model). Dengan model kontingensi tersebut para peneliti menguji keterkaitan antara watak pribadi, variabel-variabel situasi dan keefektifan pemimpin.

Studi-studi tentang kepemimpinan pada tahun 1970-an dan 1980-an, sekali lagi memfokuskan perhatiannya kepada karakteristik individual para pemimpin yang mempengaruhi keefektifan mereka dan keberhasilan organisasi yang mereka pimpin. Hasil-hasil penelitian pada periode tahun 1970-an dan 1980-an mengarah kepada kesimpulan bahwa pemimpin dan kepemimpinan adalah persoalan yang sangat penting untuk dipelajari (crucial), namun kedua hal tersebut disadari sebagai komponen organisasi yang sangat komplek.

Dalam perkembangannya, model yang relatif baru dalam studi kepemimpinan disebut sebagai model kepemimpinan transformasional. Model ini dianggap sebagai model yang terbaik dalam menjelaskan karakteristik pemimpin. Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan watak, gaya dan kontingensi.
Berikut ini akan dibahas tentang perkembangan pemikiran ahli-ahli manajemen mengenai
model-model kepemimpinan yang ada dalam literatur.

(a) Model Watak Kepemimpinan (Traits Model of Leadership)
Pada umumnya studi-studi kepemimpinan pada tahap awal mencoba meneliti tentang watak
individu yang melekat pada diri para pemimpin, seperti misalnya: kecerdasan, kejujuran,
kematangan, ketegasan, kecakapan berbicara, kesupelan dalam bergaul, status sosial ekonomi
mereka dan lain-lain (Bass 1960, Stogdill 1974).

Stogdill (1974) menyatakan bahwa terdapat enam kategori faktor pribadi yang membedakan antara pemimpin dan pengikut, yaitu kapasitas, prestasi, tanggung jawab, partisipasi, status dan situasi. Namun demikian banyak studi yang menunjukkan bahwa faktor-faktor yang membedakan antara pemimpin dan pengikut dalam satu studi tidak konsisten dan tidak didukung dengan hasil-hasil studi yang lain. Disamping itu, watak pribadi bukanlah faktor yang dominant dalam menentukan keberhasilan kinerja manajerial para pemimpin. Hingga tahun 1950-an, lebih dari 100 studi yang telah dilakukan untuk mengidentifikasi watak atau sifat personal yang dibutuhkan oleh pemimpin yang baik, dan dari studi-studi tersebut dinyatakan bahwa hubungan antara karakteristik watak dengan efektifitas kepemimpinan, walaupun positif, tetapi tingkat signifikasinya sangat rendah (Stogdill 1970).

Bukti-bukti yang ada menyarankan bahwa "leadership is a relation that exists between persons in a social situation, and that persons who are leaders in one situation may not necessarily be leaders in other situation" (Stogdill 1970). Apabila kepemimpinan didasarkan pada faktor situasi, maka pengaruh watak yang dimiliki oleh para pemimpin mempunyai pengaruh yang tidak signifikan. Kegagalan studi-studi tentang kepimpinan pada periode awal ini, yang tidak berhasil meyakinkan adanya hubungan yang jelas antara watak pribadi pemimpin dan kepemimpinan, membuat para peneliti untuk mencari faktor-faktor lain (selain faktor watak), seperti misalnya faktor situasi, yang diharapkan dapat secara jelas menerangkan perbedaan karakteristik antara pemimpin dan pengikut.

(b) Model Kepemimpinan Situasional (Model of Situasional Leadership)
Model kepemimpinan situasional merupakan pengembangan model watak kepemimpinan
dengan fokus utama faktor situasi sebagai variabel penentu kemampuan kepemimpinan. Studi
tentang kepemimpinan situasional mencoba mengidentifikasi karakteristik situasi atau keadaan sebagai faktor penentu utama yang membuat seorang pemimpin berhasil melaksanakan tugas-tugas organisasi secara efektif dan efisien. Dan juga model ini membahas aspek kepemimpinan lebih berdasarkan fungsinya, bukan lagi hanya berdasarkan watak kepribadian pemimpin.

Hencley (1973) menyatakan bahwa faktor situasi lebih menentukan keberhasilan seorang pemimpin dibandingkan dengan watak pribadinya. Menurut pendekatan kepemimpinan situasional ini, seseorang bisa dianggap sebagai pemimpin atau pengikut tergantung pada situasi atau keadaan yang dihadapi. Banyak studi yang mencoba untuk mengidentifikasi karakteristik situasi khusus yang bagaimana yang mempengaruhi kinerja para pemimpin. Hoy dan Miskel (1987), misalnya, menyatakan bahwa terdapat empat faktor yang mempengaruhi kinerja pemimpin, yaitu sifat struktural organisasi (structural properties of the organisation), iklim atau lingkungan organisasi (organisational climate), karakteristik tugas atau peran (role characteristics) dan karakteristik bawahan (subordinate characteristics). Kajian model kepemimpinan situasional lebih menjelaskan fenomena kepemimpinan dibandingkan dengan model terdahulu. Namun demikian model ini masih dianggap belum memadai karena model ini tidak dapat memprediksikan kecakapan kepemimpinan (leadership skills) yang mana yang lebih efektif dalam situasi tertentu.

(c) Model Pemimpin yang Efektif (Model of Effective Leaders)
Model kajian kepemimpinan ini memberikan informasi tentang tipe-tipe tingkah laku (types of behaviours) para pemimpin yang efektif. Tingkah laku para pemimpin dapat dikatagorikan menjadi dua dimensi, yaitu struktur kelembagaan (initiating structure) dan konsiderasi (consideration). Dimensi struktur kelembagaan menggambarkan sampai sejauh mana para pemimpin mendefinisikan dan menyusun interaksi kelompok dalam rangka pencapaian tujuan organisasi serta sampai sejauh mana para pemimpin mengorganisasikan kegiatan-kegiatan kelompok mereka. Dimensi ini dikaitkan dengan usaha para pemimpin mencapai tujuan organisasi. Dimensi konsiderasi menggambarkan sampai sejauh mana tingkat hubungan kerja antara pemimpin dan bawahannya, dan sampai sejauh mana pemimpin memperhatikan kebutuhan sosial dan emosi bagi bawahan seperti misalnya kebutuhan akan pengakuan, kepuasan kerja dan penghargaan yang mempengaruhi kinerja mereka dalam organisasi. Dimensi konsiderasi ini juga dikaitkan dengan adanya pendekatan kepemimpinan yang mengutamakan komunikasi dua arah, partisipasi dan hubungan manusiawi (human relations).

Halpin (1966), Blake and Mouton (1985) menyatakan bahwa tingkah laku pemimpin yang efektif cenderung menunjukkan kinerja yang tinggi terhadap dua aspek di atas. Mereka berpendapat bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang menata kelembagaan organisasinya secara sangat terstruktur, dan mempunyai hubungan yang persahabatan yang sangat baik, saling percaya, saling menghargai dan senantiasa hangat dengan bawahannya. Secara ringkas, model kepemimpinan efektif ini mendukung anggapan bahwa pemimpin yang efektif adalah pemimpin yang dapat menangani kedua aspek organisasi dan manusia sekaligus dalam organisasinya.

(d) Model Kepemimpinan Kontingensi (Contingency Model)
Studi kepemimpinan jenis ini memfokuskan perhatiannya pada kecocokan antara karakteristik watak pribadi pemimpin, tingkah lakunya dan variabel-variabel situasional. Kalau model kepemimpinan situasional berasumsi bahwa situasi yang berbeda membutuhkan tipe kepemimpinan yang berbeda, maka model kepemimpinan kontingensi memfokuskan perhatian yang lebih luas, yakni pada aspek-aspek keterkaitan antara kondisi atau variabel situasional dengan watak atau tingkah laku dan kriteria kinerja pemimpin (Hoy and Miskel 1987).

Model kepemimpinan Fiedler (1967) disebut sebagai model kontingensi karena model tersebut beranggapan bahwa kontribusi pemimpin terhadap efektifitas kinerja kelompok tergantung pada cara atau gaya kepemimpinan (leadership style) dan kesesuaian situasi (the favourableness of the situation) yang dihadapinya. Menurut Fiedler, ada tiga faktor utama yang mempengaruhi kesesuaian situasi dan ketiga faktor ini selanjutnya mempengaruhi keefektifan pemimpin. Ketiga faktor tersebut adalah hubungan antara pemimpin dan bawahan (leader-member relations), struktur tugas (the task structure) dan kekuatan posisi (position power).

Hubungan antara pemimpin dan bawahan menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin itu
dipercaya dan disukai oleh bawahan, dan kemauan bawahan untuk mengikuti petunjuk pemimpin. Struktur tugas menjelaskan sampai sejauh mana tugas-tugas dalam organisasi didefinisikan secara jelas dan sampai sejauh mana definisi tugas-tugas tersebut dilengkapi dengan petunjuk yang rinci dan prosedur yang baku. Kekuatan posisi menjelaskan sampai sejauh mana kekuatan atau kekuasaan yang dimiliki oleh pemimpin karena posisinya diterapkan dalam organisasi untuk menanamkan rasa memiliki akan arti penting dan nilai dari tugas-tugas mereka masing-masing. Kekuatan posisi juga menjelaskan sampai sejauh mana pemimpin (misalnya) menggunakan otoritasnya dalam memberikan hukuman dan penghargaan, promosi dan penurunan pangkat (demotions).Model kontingensi yang lain, Path-Goal Theory, berpendapat bahwa efektifitas pemimpin ditentukan oleh interaksi antara tingkah laku pemimpin dengan karakteristik situasi (House 1971). Menurut House, tingkah laku pemimpin dapat dikelompokkan dalam 4 kelompok: supportive leadership (menunjukkan perhatian terhadap kesejahteraan bawahan dan menciptakan iklim kerja yang bersahabat), directive leadership (mengarahkan bawahan untuk bekerja sesuai dengan peraturan, prosedur dan petunjuk yang ada), participative leadership (konsultasi dengan bawahan dalam pengambilan keputusan) dan achievement-oriented leadership (menentukan tujuan organisasi yang menantang dan menekankan perlunya kinerja yang memuaskan).

MenurutPath-Goal Theory, dua variabel situasi yang sangat menentukan efektifitas pemimpin adalah karakteristik pribadi para bawahan/karyawan dan lingkungan internal organisasi seperti misalnya peraturan dan prosedur yang ada. Walaupun model kepemimpinan kontingensi dianggap lebih sempurna dibandingkan modelmodel sebelumnya dalam memahami aspek kepemimpinan dalam organisasi, namun demikian model ini belum dapat menghasilkan klarifikasi yang jelas tentang kombinasi yang paling efektif antara karakteristik pribadi, tingkah laku pemimpin dan variabel situasional.

(e) Model Kepemimpinan Transformasional (Model of Transformational Leadership)

Model kepemimpinan transformasional merupakan model yang relatif baru dalam studi-studi kepemimpinan. Burns (1978) merupakan salah satu penggagas yang secara eksplisit mendefinisikan kepemimpinan transformasional. Menurutnya, untuk memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang model kepemimpinan transformasional, model ini perlu dipertentangkan dengan model kepemimpinan transaksional. Kepemimpinan transaksional didasarkan pada otoritas birokrasi dan legitimasi di dalam organisasi. Pemimpin transaksional pada hakekatnya menekankan bahwa seorang pemimpin perlu menentukan apa yang perlu dilakukan para bawahannya untuk mencapai tujuan organisasi. Disamping itu, pemimpin transaksional cenderung memfokuskan diri pada penyelesaian tugas-tugas organisasi.

Untuk memotivasi agar bawahan melakukan tanggungjawab mereka, para pemimpin transaksional sangat mengandalkan pada sistem pemberian penghargaan dan hukuman kepada bawahannya. Sebaliknya, Burns menyatakan bahwa model kepemimpinan transformasional pada hakekatnya menekankan seorang pemimpin perlu memotivasi para bawahannya untuk melakukan tanggungjawab mereka lebih dari yang mereka harapkan. Pemimpin transformasional harus mampu mendefinisikan, mengkomunikasikan dan mengartikulasikan visi organisasi, dan bawahan harus menerima dan mengakui kredibilitas pemimpinnya.Hater dan Bass (1988) menyatakan bahwa "the dynamic of transformational leadership involve strong personal identification with the leader, joining in a shared vision of the future, or goingbeyond the self-interest exchange of rewards for compliance". Dengan demikian, pemimpin transformasional merupakan pemimpin yang karismatik dan mempunyai peran sentral dan strategis dalam membawa organisasi mencapai tujuannya. Pemimpin transformasional juga harusmempunyai kemampuan untuk menyamakan visi masa depan dengan bawahannya, serta mempertinggi kebutuhan bawahan pada tingkat yang lebih tinggi dari pada apa yang mereka butuhkan. Menurut Yammarino dan Bass (1990), pemimpin transformasional harus mampu membujuk para bawahannya melakukan tugas-tugas mereka melebihi kepentingan mereka sendiri demi kepentingan organisasi yang lebih besar.

Yammarino dan Bass (1990) juga menyatakan bahwa pemimpin transformasional mengartikulasikan visi masa depan organisasi yang realistik, menstimulasi bawahan dengan cara yang intelektual, dan menaruh parhatian pada perbedaan-perbedaan yang dimiliki oleh bawahannya. Dengan demikian, seperti yang diungkapkan oleh Tichy and Devanna (1990), keberadaan para pemimpin transformasional mempunyai efek transformasi baik pada tingkat organisasi maupun pada tingkat individu.

Dalam buku mereka yang berjudul "Improving Organizational Effectiveness through Transformational Leadership", Bass dan Avolio (1994) mengemukakan bahwa kepemimpinan transformasional mempunyai empat dimensi yang disebutnya sebagai "the Four I's". Dimensi yang pertama disebutnya sebagai idealized influence (pengaruh ideal). Dimensi yang pertama ini digambarkan sebagai perilaku pemimpin yang membuat para pengikutnya mengagumi, menghormati dan sekaligus mempercayainya. Dimensi yang kedua disebut sebagai inspirational motivation (motivasi inspirasi). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai pemimpin yang mampu mengartikulasikan pengharapan yang jelas terhadap prestasi bawahan, mendemonstrasikan komitmennya terhadap seluruh tujuan organisasi, dan mampu menggugah spirit tim dalam organisasi melalui penumbuhan entusiasme dan optimisme. Dimensi yang ketiga disebut sebagai intellectual stimulation (stimulasi intelektual). Pemimpin transformasional harus mampu menumbuhkan ide-ide baru, memberikan solusi yang kreatif terhadap permasalahan-permasalahan yang dihadapi bawahan, dan memberikan motivasi kepada bawahan untuk mencari pendekatan-pendekatan yang baru dalam melaksanakan tugas-tugas organisasi. Dimensi yang terakhir disebut sebagai individualized consideration (konsiderasi individu). Dalam dimensi ini, pemimpin transformasional digambarkan sebagai seorang pemimpin yang mau mendengarkan dengan penuh perhatian masukan-masukan bawahan dan secara khusus mau memperhatikan kebutuhan-kebutuhan bawahan akan pengembangan karir. Walaupun penelitian mengenai model transformasional ini termasuk relatif baru, beberapa hasil penelitian mendukung validitas keempat dimensi yang dipaparkan oleh Bass dan Avilio di atas. Banyak peneliti dan praktisi manajemen yang sepakat bahwa model kepemimpinan transformasional merupakan konsep kepemimpinan yang terbaik dalam menguraikan karakteristik pemimpin (Sarros dan Butchatsky 1996). Konsep kepemimpinan transformasional ini mengintegrasikan ide-ide yang dikembangkan dalam pendekatan-pendekatan watak (trait), gaya (style) dan kontingensi, dan juga konsep kepemimpinan transformasional menggabungkan dan menyempurnakan konsep-konsep terdahulu yang dikembangkan oleh ahli-ahli sosiologi (seperti misalnya Weber 1947) dan ahli-ahli politik (seperti misalnya Burns 1978).

Beberapa ahli manajemen menjelaskan konsep-konsep kepimimpinan yang mirip dengan kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan yang karismatik, inspirasional dan yang mempunyai visi (visionary). Meskipun terminologi yang digunakan berbeda, namun fenomenafenomana kepemimpinan yang digambarkan dalam konsep-konsep tersebut lebih banyak persamaannya daripada perbedaannya. Bryman (1992) menyebut kepemimpinan transformasional sebagai kepemimpinan baru (the new leadership), sedangkan Sarros dan Butchatsky (1996) menyebutnya sebagai pemimpin penerobos (breakthrough leadership).

Disebut sebagai penerobos karena pemimpim semacam ini mempunyai kemampuan untuk membawa perubahan-perubahan yang sangat besar terhadap individu-individu maupun organisasi dengan jalan: memperbaiki kembali (reinvent) karakter diri individu-individu dalam organisasi ataupun perbaikan organisasi, memulai proses penciptaan inovasi, meninjau kembali struktur, proses dan nilai-nilai organisasi agar lebih baik dan lebih relevan, dengan cara-cara yang menarik dan menantang bagi semua pihak yang terlibat, dan mencoba untuk merealisasikan tujuan-tujuan organisasi yang selama ini dianggap tidak mungkin dilaksanakan. Pemimpin penerobos memahami pentingnya perubahan-perubahan yang mendasar dan besar dalam kehidupan dan pekerjaan mereka dalam mencapai hasil-hasil yang diinginkannya. Pemimpin penerobos mempunyai pemikiran yang metanoiac, dan dengan bekal pemikiran ini sang pemimpin mampu menciptakan pergesaran paradigma untuk mengembangkan Praktekorganisasi yang sekarang dengan yang lebih baru dan lebih relevan. Metanoia berasaldari kata Yunani meta yang berarti perubahan, dan nous/noos yang berarti pikiran.
Dengan perkembangan globalisasi ekonomi yang makin nyata, kondisi di berbagai pasar dunia makin ditandai dengan kompetisi yang sangat tinggi (hyper-competition). Tiap keunggulan daya saing perusahaan yang terlibat dalam permainan global (global game) menjadi bersifat sementara (transitory). Oleh karena itu, perusahaan sebagai pemain dalam permainan global harus terus menerus mentransformasi seluruh aspek manajemen internal perusahaan agar selalu relevan dengan kondisi persaingan baru.

Pemimpin transformasional dianggap sebagai model pemimpin yang tepat dan yang mampu untuk terus-menerus meningkatkan efisiensi, produktifitas, dan inovasi usaha guna meningkatkan daya saing dalam dunia yang lebih bersaing.