Rabu, 09 Januari 2013

Kisah Zidane ke Tanah Suci


Kamis, 12 Juli 2012, 08:15 WIB
Reuters
Kisah Zidane ke Tanah Suci
Zinedine Yazid Zidane
REPUBLIKA.CO.ID,MADRID — Banyak pemain sepak bola beragama Islam yang mencapai puncak karier di berbagai liga Eropa. Namun ketenaran tidak membuat pesepak bola Muslim lupa dengan agamanya. Meski mereka bertabur prestasi dan publisitas di tengah gemerlapnya budaya Eropa, namun mereka malah rindu untuk bisa dekat dengan Sang Pencipta.
Karena itu, di tengah-tengah ketatnya jadwal kompetisi tidak sedikit di antara mereka yang melakukan perjalanan ritual suci ke Makkah maupun Madinah. Di antara pesepak bola yang sudah melakukan ritual pergi haji maupun umrah yang terungkap ke media adalah Zinedine Zidane, Franck Ribery, Nicolas Anelka, dan Hamit Altintop.
Zidane memiliki pengalaman spiritual ke Tanah Suci. Pemain Terbaik Dunia tiga kali tersebut termasuk Muslim yang memiliki keimanan cukup mapan. Ketika divonis cedera otot dan harus mendapat perawatan dari tim medis, Zidane diperintahkan untuk istirahat demi masa pemulihan. Tapi bukannya malah berbaring dan mengikuti terapi kesehatan, waktu luang itu dimanfaatkannya untuk pergi haji.
Laman informasi haji di Arab Saudi menyebutkan, direktur olahraga Real Madrid itu melakukan ritual haji pada 29 Januari 2004, bersama istri dan anak-anaknya. Zidane dan keluarga mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, dan kemudian melanjutkan perjalanannya ke Madinah. Di sana ia disebutkan sempat melakukan ziarah ke makam Rasulullah SAW.
Kemudian pada Hari Tarwiyah yang jatuh pada 8 Dzulhijjah 1424 Hijriah, legenda Real Madrid itu melanjutkan perjalanannya ke Mina. Pada hari berikutnya, Zidane langsung mengikuti prosesi puncak pelaksanaan ibadah haji di Arafah dan menunaikan shalat di Masjidil Haram. Sayangnya perjalanan pergi haji Zidane itu tidak terdokumentasi media sehingga sedikit informasi yang bisa digali darinya selama di Arab Saudi.
Pria kelahiran Marseille, Prancis, 23 Juni 1972 itu adalah legenda Les Bleus yang berasal dari keluarga imigran Muslim keturunan Aljazair. Walaupun hidup dan besar di lingkungan sekular khas Barat, sang ayah yang bernama Ismail sangat menekankan pendidikan agama kepada anak-anaknya. Zidane memiliki tiga kakak laki-laki dan seorang adik perempuan.
Zidane menikah dengan penari berdarah Spanyol, Veronica, dan dikaruniai tiga anak, yakni Anizo, Luqa, dan Theo. Di tengah kesibukannya membela klub dan timnas Prancis, Zidane dikenal sangat ketat dalam menjalankan kewajiban shalat lima waktu.

KISAH NO PUNGGUNG PEMAIN SEPAKBOLA

Tahukan Anda Ternyata Ada Kisah-Kisah Menarik Tentang Nomor Punggung Pemain Sepak Bola Langsung Saja. Berikut 7 Kisah Nomor Punggung Pemain Sepak Bola, Yaitu :

1. Ivan Luis Zamorano 1+8 (Inter Milan)


Ivan Zamorano selalu menggunakan nomor punggung kesayangannya yaitu 9. tapi semua berubah ketika Luiz Nazario De lima Ronaldo atau Luiz Ronaldo datang dari barcelona, pasalnya Ronaldo hanya mau menggunakan nomor punggung 9 juga seperti di timnas brazil, akhirnya Ivan memberikan nomor punggung 9 kepada Ronaldo dan dia menggunakan nomor 18, tapi dia tidak kehabisan akal, dia menambahkan tanda plus "+" di antara angka 1 dan 8 sehingga jika di jumlah menjadi 9.
2. Gabriel Omar Batistuta 18 (As Roma)


Kasus Batigol sapaan akrab Batistuta sama dengan Ivan Zamorano, ketika Batistuta datang ke As roma dia menginginkan nomor punggung 9, tapi nomor 9 sudah ada yang punya, yaitu montella. Sempat terjadi perselisihan antara kedua pemain itu sampai bahkan Francesco Totti sang kapten menawarkan nomor punggungnya yaitu 10 kepada kedua pemain itu, tapi mereka menolak. Akhirnya Batistuta mengambil langkah bijaksana dengan memilih nomor 18 yang jika di jumlahkan nomor 1 dan 8 menjadi 9.
3. Lupatelli 10 (Chievo)


Biasanya rata-rata nomor punggung seorang kiper adalah 1 atau 12 ke atas, tapi tidak dengan kiper berkepala botak ini, dia memakai nomor punggung 10 yang biasanya di pakai oleh seorang penyerang atau gelandang.
4. Franco Baresi 6 (AC Milan)


Coba agan cari di AC Milan siapa yang bernomor punggung 6. Tidak bakal ketemu karena nomor 6 sudah di keramatkan atau di abadikan untuk franco Baresi, pemain yang memiliki loyalitas terhadap klub yang tinggi sehingga nomornya di abadikan dan tidak boleh di pakai oleh pemain lain.
5. Paolo Maldini 3 (AC Milan)


Sama dengan Baresi, nomor punggung 3 milik Paolo maldini tidak boleh di berikan kepada pemain lain, itu untuk menghormati Maldini yang setia kepada AC Milan, bahkan jumlah penampilan Maldini lebih banyak dari Baresi.
6. Marc Vivien foe 23 (Manchester City)


Lagi-lagi nomor yang di keramatkan, tapi ini berbeda dengan paolo Maldini ataupun Franco Baresi, nomor 23 di abadikan untuk menghormati Marc Vivien Foe yang meninggal di lapangan ketika bertanding membela negaranya.
7. Gianluigi Buffon 88 (Juventus)


Tahukan agan kalo Gianluigi Buffon pernah memakai nomor punggung 88 yang kontroversial di Juventus? di sebut kontroversial karena dalam abjad huruf kedelapan adalah huruf "H" jadi jika di gabung menjadi HH, singkatan dari Hail Hitler.

KISAH HABIBIE DAN AINUN

Kisah Habibie-Ainun, Our Inspiration
Tribun Timur - Jumat, 4 Januari 2013 22:41 WITA
Nasrulhaq_Syarif.JPG

Kekuatan kasih sayang Habibie dan Ainun penting untuk dijadikan inspirasi. Bagaimana seorang suami menjalankan perannya dengan baik. Memberikan cinta dan kasih sepanjang masa pada seorang istri. Tidak kenal hambatan dan tantangan dalam merajut kasih sayang. Dalam agamapun, rasa kasih sayang selalu diajarkan.
Sudah sepekan film fenomenal Habibie-Ainun ditayangkan pada bioskop-bioskop di seluruh tanah air. Penonton tercatat lebih dari 1 juta dalam kurun waktu sekitar 7 hari. Tidak heran jika terkadang kita harus antrean panjang demi mendapatkan selembar karcis di bioskop. Suatu pencapaian yang sangat luar biasa bagi industri perfilman. Sekaligus pembuktian atas kualitas film nasional yang mampu meraih hati masyarakat untuk menontonnya.
Antusias juga datang dari Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang hadir langsung dalam pemutaran perdana. Penonton film Habibie-Ainun berasal dari berbagai lapisan masyarakat. Mulai  dari anak-anak sampai orang tua.
Film tersebut menyisakan rasa haru bercampur bahagia. Banyak inspirasi yang patut untuk direnungi bersama. Film ini bercerita tentang perjalan panjang dua sosok manusia yang dilahirkan di bumi Indonesia. Berkarya dan berprestasi atas nama Indonesia. Tentu saja kedua sosok tersebut sudah tidak asing lagi bagi seluruh lapisan masyarakat.
Mantan Presiden RI ke-3 (BJ Habibie) yang  dikenal pula sebagai ahli pesawat terbang merupakan inti utama dari cerita film. Kemudian dipadukan dengan sosok wanita yang setia bersama Habibie selama kurang lebih 45 tahun. Wanita tersebut akrab disapa Ibu Ainun Habibie. Seorang Ibu negara RI tahun 1998-1999 di masa awal orde reformasi.
Film tersebut bukan sekedar film. Aura yang muncul lain daripada yang lain. Satu sisi, pantas dikatakan sebagi suatu cerita inspirasi yang sangat super. Di sisi lain,  dapat pula dikatakan sebagai suatu motivasi yang menggugah kehidupan. Kalau kebanyakan film berawal dari sebuah ilustrasi belaka dari sutradaranya.
Film ini sedikit berbeda karena sesungguhnya yang diceritakan bukan khayalan belaka yang bersifat fiktif. Melainkan sebuah kisah yang telah di alami putra dan putri terbaik tanah air. Lebih tepat lagi dikatakan putra terbaik bugis-makassar (tanah kelahiran Habibie) dan putri terbaik Jawa (tanah kelahiran Ainun). Selaku warga Sulawesi Selatan, patutlah bergembira atas capaian yang telah ditorehkan oleh Bapak Baharuddin Jusuf Habibie.
Banyak inspirasi yang dapat dipetik dalam film tersebut. Alur cerita yang rapi diperankan dalam suasana harmonis. Penuh rasa cinta dan kasih dalam setiap lembaran kehidupan yang dilalui. Hal yang cukup langka didapatkan dalam kehidupan kaum elite pemerintahan. Jika diamati lebih mendalam, sebenarnya sejuta inspirasi bisa muncul.
Pada intinya, cocok ditonton oleh anak muda yang belum membangun bahtera rumah tangga. Lebih cocok lagi bagi bapak atau ibu yang telah mengarungi bahtera rumah tangga. Tepat dijadikan panutan dalam hidup sehari-hari. Bahkan kisah ini bisa merubah rasa pesimis menjadi optimis dalam setiap dimensi kehidupan.
                     
Keutuhan Kasih
Keutuhan kasih sayang seperti kisah Habibie dan Ainun bagi setiap pasangan suami istri hampir sulit ditemukan di Indonesia. Terbukti tingkat perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) semakin meningkat. Lebih sadis lagi, kasus pembunuhan seorang istri kepada suaminya dan sebaliknya bagaikan jamur di musim hujan. Inilah kurang lebih dari fenomena ironi yang terlihat di era reformasi. Parahnya lagi ketika kasus perceraian dan kekerasan dalam rumah tangga (KDRT) dilakukan oleh pejabat publik sebagaimana yang terjadi di beberapa daerah.
Perlu disadari bahwa ada rasa kasih sayang yang dititipkan oleh sang pencipta kepada seluruh manusia. Habibie dan Ainun mampu melaksanakan hal itu dengan baik sampai hembusan nafas terahir Ibu Ainun. Kasih sayang diantara keduanya tetap terjalin. Baik dalam keadaan suka maupun suasana duka. Habibie paham kehidupan Ainun dan Ainun paham kehidupan Habibie. Kesepahaman itu menyatu melahirkan rasa kasih sayang. Memang terkadang konflik rumah tangga selalu timbul. Namun yang terpenting, bagaimana membangun kekuatan konflik menjadi kekuatan kasih sayang yang semakin utuh.
Kekuatan kasih sayang Habibie dan Ainun penting untuk dijadikan inspirasi. Bagaimana seorang suami menjalankan perannya dengan baik. Memberikan cinta dan kasih sepanjang masa pada seorang istri. Tidak kenal hambatan dan tantangan dalam merajut kasih sayang. Dalam agamapun, rasa kasih sayang selalu diajarkan. Dengan demikian, rasa cinta dan sayang harus dikedepankan dalam setiap baris kehidupan. Karena cinta adalah simbol keharmonisan hidup. Banyak diantara para pembaharu yang mampu mengguncangkan dunia karena kuatnya rajutan cinta dan kasih dalam dirinya terhadap orang lain. 
Oleh karena itu, kita semua perlu untuk merajut rasa kasih sayang minimal sepadan dengan kasih sayang yang diceritakan dalam film. Kekuatan cinta mereka merupakan penjabaran realitas dari makna cinta yang sesungguhnya. Tidak salah jika hal tersebut menjadi pekerjaan rumah bagi seluruh lapisan masyarakat agar keharmonisan rumah tangga tetap terjaga.

Pemimpin Bersahaja
Selain rajutan kasih sayang, inspirasi lain dari film Habibie-Ainun adalah sifat kepemimpinan bersahaja yang ditonjolkan oleh Bapak BJHabibie ketika diberi amanah. Habibie bukanlah manusia yang rakus kekuasaan. Beliau selalu menjalankan amanah dengan baik serta tidak menjual harga dirinya hanya karena persoalan materi. Diapun tidak mudah terjerumus dalam umpan manis uang dan wanita. Tetap saja menjadi pemimpin yang tegas dan menghindari hal-hal yang kurang baik. Malah dia mampu menjalankan kepemimpinannya tanpa ada kesan penyalahgunaan wewenang.
Harta, tahta, dan wanita merupakan hal yang selalu menjadi penyebab pejabat publik terbawa arus pada lingkaran kehancuran. Banyak pemimpin di pemerintahan yang pandai memutar kata sehingga harta, tahta, dan wanita selalu menjadi persoalan bagi dirinya. Akibatnya persoalan yang muncul hampir selalu terkait dengan ketiga hal tersebut. Beberapa kasus patologi pemerintahan yang sering muncul bermula dari rayuan uang. Rayuan uang tersebut sebenarnya implikasi dari lahirnya tindak pidana korupsi. Seperti diketahui bersama bahwa korupsi adalah masalah terbesar yang dialami bangsa Indonesia saat ini.
Kepemimpinan bersahaja terlihat dari kelakuan dan peran yang dilakukan selama memimpin negeri. Habibie menggambarkan kesahajaannya sejak menjadi seorang menteri era orde baru. Dia tampil menjadi orang yang layak untuk dijadikan tuntunan. Menyelesaikan masalah demi masalah tanpa melahirkan masalah yang signifikan. Hanya saja waktu kepemimpinan Habibie menjadi persiden sangat singkat. Meskipun demikian, dia mampu memberikan nilai yang berarti bagi rakyat yang dipimpinnya. Dalam kepemimpinannya, hal yang selalu dikedepankan adalah sedikit bicara dan banyak bekerja.
Jadi, sudah saatnya pejabat mulai dari lurah/kepala desa sampai presiden berprinsip sedikit bicara dan banyak bekerja. Jangan membaliknya menjadi banyak bicara dan sedikit bekerja. Prinsip ini yang telah diperlihatkan Habibie sebagai seorang pemimpin. Kata-katanya sejalan dengan perbuatannya. Pemimpin yang bekerja keras dan tidak kenal lelah dalam memikirkan masyarakatnya. Rela menyisihkan sebagian besar waktunya dalam memikirkan kepentingan bersama. Disamping itu, kepemimpinannya dijalankan dengan penuh rasa tanggungjawab.
Inspirasi lainnya yang tidak kalah penting ialah semangat perjuangan Habibie dalam menuntut ilmu. Menuntut ilmu di negeri orang tidak semudah membolak-balikkan telapak tangan. Tantangan dan hambatan akan selalu menghampiri setiap gerak langkah manusia. Jatuh bangun sudah pasti adanya. Bahkan sudah menjadi hukum alam yang sering dirasakan dalam kehidupan. Tidak ada manusia yang lolos dari cobaan atau ujian Allah Swt.***

Penyebab Buruh Tidak Sejahtera

Tuntutan buruh dinilai pengusaha terlalu tinggi 


Kapan buruh merasa sejahtera karena upahnya? Selama ini, buruh selalu ditempatkan sebagai pihak yang daya tawarnya rendah sedangkan pengusaha sebaliknya.

Tercapainya penetapan upah buruh selalu menempuh jalan berliku. Unjuk rasa berkali-kali dengan pengerahan anggota sampai puluhan ribu digelar untuk menekankan tuntutan kenaikan upah. Tentu aksi-aksi seperti itu tidak disukai kalangan pengusaha karena produksi menjadi terhenti.
Belum ditemukan penyebabnya, mengapa sengketa besaran upah antara buruh dan pengusaha di Indonesia tidak bisa diselesaikan secara tuntas. Memang beberapa kali tercapai kesepakatan, namun sifatnya hanya sementara yang mengakibatkan kerugian pada semua pihak.
Beberapa waktu lalu, Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan mengesahkan penetapan upah minimum kabupaten/kota Provinsi Jawa Barat melalui SK Gubernur Nomor 561/Kep.1405-Bansos/2012 di Bandung, Rabu malam (21/11), namun Aspindo menolaknya karena menilai cacat hukum. Alasannya, ada beberapa daerah yang merevisi nilai ajuan UMK tanpa menempuh prosedur yang benar.
Penetapan upah yang pada awalnya sudah disepakati berbagai pihak termasuk Dewan Pengupahan setempat, ternyata tidak bisa diterima oleh kalangan pengusaha, terutama kelas menengah ke bawah. Asosiasi Pengusaha Indonesia (Aspindo) telah sepakat untuk menempuh jalur hukum, sedangkan kalangan buruh meminta agar proses tersebut tidak ditempuh oleh pengusaha. Jika pengusaha menempuh prosedur hukum maka masalah penetapan upah buruh akan menjadi berkepanjangan.   
Dalam penetapan upah buruh, pemerintah berperan  untuk mempertemukan kepentingan kedua belah pihak agar terakomodasikan. Namun, selama ini pemerintah terkesan tidak netral dan justru ikut bermain. Terbukti dengan adanya sisi gelap yang tetap dibiarkan, yang oleh pengusaha biasa disebut biaya siluman dimana pengusaha harus membayar biaya-biaya tambahan kepada berbagai pihak, terutama saat menyelesaikan perizinan. 
Jika pemerintah bersikap tegas menghilangkan biaya-biaya siluman yang jumlahnya tidak sedikit, tentu persoalan upah buruh tidak akan rumit seperti sekarang. Pemerintah boleh menepis adanya biaya siluman ini, namun para pengusaha tentu mempunyai bukti-buktinya.
Pemerintah tidak boleh membiarkan sengketa upah buruh setiap waktu bisa dijadikan alasan terjadinya unjuk rasa buruh yang jelas-jelas merugikan semua pihak. Sebenarnya tidak ada hal baru dalam sengketa upah buruh. Tuntutan buruh dinilai pengusaha terlalu tinggi sehingga berat terpenuhi, sedangkan buruh merasa upah yang diterima selama ini tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup yang layak.
Iklim usaha yang aman dan nyaman menjadi hal yang tidak dapat ditawar lagi, hal ini hanya dapat dicapai dengan menerbitkan undang-undang perburuhan yang tidak asal jadi. Mungkinkah?

Toko Komputer, Ladang Bisnis Baru




jual beli komputer

Tips terbaik agar bisnis tidak merugi: JANGAN DIBUKA!

Tak terasa hampir 10 tahun saya menceburkan diri (atau tercebur lebih tepat kayaknya) di dunia bisnis, berbau komputer. Meski baru nekat membuka lapak 3 tahun terakhir. Banyak suka, banyak duka. Banyak untung, banyak juga ruginya. Banyak tawa, ada tangisnya. Impas? Jujur, sulit mengukur pencapaian ini dengan nominal uang. Ada pengalaman di sana. Ada pelajaran manis di baliknya. Ada kebahagiaaan di setiap sisinya. Perjalanan yang menyiratkan keunikan bagi setiap orang yang menjalaninya.

Tepat sekali petuah Dahlan Iskan untuk tetap fokus dalam bisnis inti, jangan menoleh ke bisnis lainnya—setidaknya selama 10 tahun. Wejangan serupa dengan tajuk rumus 10.000 jam (kurang lebih 10 tahun) dituangkan apik oleh Malcolm Gladwell  di bukunya, Outliers. Bahkan, agak jauh sebelum terbit buku tersebut, seorang ayah mendidik anaknya permainan catur sedini mungkin, demi mencapai 10.000 jam secepat mungkin. Sang anak, Judith Polgar, kelak menjadi juara dunia catur termuda sepanjang sejarah.

Saya mengamini ketiganya. Fokus, gigih dan teruslah bergerak.

Dunia usaha laksana panggung kehidupan. Kita tidak bisa memilih: untung terus atau rugi melulu. Yang saya lakukan hanyalah mengoptimalkan ikhtiar sesuai pengalaman dan teori sebaik mungkin. Soal hasil, itu domain Ilahi. Entah judulnya bernama untung atau rugi. Lagi-lagi, saya menikmati setiap proses di baliknya.

Ada yang bilang bahwa entrepreneur bukanlah profesi, tapi mindset. Jadi, siapapun berhak menyandang status pengusaha apapun profesinya. Bingung? Hehehe. Di sekitar saya, ada dokter yang punya rumah sakit. Ada arsitek yang jadi developer. Ada resepsionis hotel yang jualan batako. Ada anggota dewan yang merangkap jadi kontraktor. Ada istri pejabat yang mengkapling proyek APBD. Ada blogger yang buka toko komputer. :)

Sederhananya, bila sudah berkecimpung di dunia usaha, rasanya kita tidak memerlukan lagi embel-embel— status, gelar, titel atau apa pun sebutannya, yang lebih penting, seberapa manfaatnya usaha kita bagi masyarakat banyak. Bila belum besar, setidaknya usaha kita membawa maslahat, bukan mudharat. Karenanya, saya berpendapat bahwa sebaik-baiknya bisnis adalah bisnis yang bermanfaat bagi orang lain. Sitiran kontekstual dari sang teladan.

Awal hijriah dan di penghujung masehi ini, 1 lapak online meluncur ke dunia maya. Offlinenya: 2 lapak tutup dan 2 lapak buka. Lapak baru yang merupakan kristalisasi bisnis saya selama 3 tahun terakhir. Setelah menutup lapak offline (warnet dan toko bayi), saya membuka satu lapak yang tak jauh-jauh dari core business selama ini: toko komputer. Sebuah toko komputer yang berpusat di Pontianak, tapi bertekad melayani dunia. :)

Saya memimpikan bisnis ini hampir sepuluh tahun yang lalu. Masa-masa indah saat bergerilya mencari modal. Ada beberapa proposal yang saya ajukan kepada calon investor dan, alhamdulillah, ditolak. Syukurlah, saya tidak menikmati penolakan itu dan terus bergerak, mengikat untaian mimpi. *Puitisasi aksi.

Kini, selain lapak offline, saya juga berusaha menyempurnakan ikhtiar dengan menggarap toko online pertama saya: Satuharga.com. Ini penanda start up online dari PASS computer. Mungkin inilah hikmah dari tutupnya toko bayi saya. Saya switch jualan toko tersebut melalui sebuah toko online. Masih versi beta memang. Bila sudah ada progress-nya pasti saya review. Meski demikian, anda sudah boleh mampir (atau memesannya) sekarang. Semoga berkenan. :)

Salam antusiass!

Sejarah Forex dan Perkembangannya


Sejarah

Taukah anda? Sejarah forex telah dimulai beberapa saat setelah uang dikenal sebagai alat pertukaran dan pembayaran transaksi yang sah, menggantikan sistem barter dalam dunia perdagangan.
Perdagangan yang meluas pada saat itu, yang tidak hanya terjadi didalam satu negara (lokal)  namun juga secara global, menimbulkan masalah karena masing-masing mata uang tidak mempunyai nilai yang sama antara satu dengan lainnya.
Dengan perbedaan dan kebutuhan akan nilai tukar tersebut, menimbulkan terciptanya penetapan aturan permintaan dan penawaran terhadap beberapa mata uang. sehingga terjadilah bursa pertukaran mata uang asing dengan standar yang telah ditetapkan.

Evolusi perkembangan Forex

embedded by Embedded Video

Sejarah mencatat kemajuan dan perkembangan zaman telah mempengaruhi faktor penawaran dan permintaan dalam dunia forex. Hal tersebut menggiring perubahan dan penetapan regulasi yang semakin flexible, Diantaranya adalah:
Standar emas 1875 – 1914
Sebagai standar pertama dalam bursa pertukaran mata uang asing. Pada masa ini nilai suatu mata uang mengacu pada emas murni sebagai tolak ukur nilai tukar dunia. Dan Setiap pemerintahan menjamin pertukaran mata uang tertentu terhadap emas ataupun sebaliknya.
Perang dunia I 1919 – 1939
Perang yang berkecambuk, menyebabkan sistem standar emas dihapuskan. Hal yang muncul sehubungan dengan ketegangaan politik terhadap jerman yang membuat kekuatan militer utama eropa berfokus untuk menyelesaikan proyek besar. Proyek yang dikerjakan tersebut membuat beban financial eropa timbul tidak terkendali sehingga cadangan emas yang ada pada saat itu tidak cukup untuk menutupi kebutuhan pertukaran emas dan uang.
Setelah itu evolusi perkembangan forex terbagi kedalam dua tahapan significant, yaitu dimana terjadinya frase nilai tukar tetap dan frase nilai tukar mengambang.
Bretton Woods 1946 – 1971
Perjanjian Bretton Woods merupakan hasil perudingan dari 44 perwakilan negara yang dipimpin oleh Amerika dan Inggris. Pertemuan tersebut bertujuan untuk memperbaiki sistem keuangan pasar internasional yang amburadul akiabat PD II.
Dengan Hasil:
  • Sistem nilai tukar tetap (fixed exchange  rate)
  • USD menggantikan emas sebagai nilai tukar utama
  • Pembentukan badan  ekonomi internasional : International Monetary Found (IMF) dan General Agreement on Tariffs and Trade (GATT) dan International Bank Reconstruction and Development.
Walaupun pada awalnya masa Bretton Woods sempat didefinisikan sebagai sejarah pasar baru dalam dunia Forex. Yaitu dengan “fixed exchange rate system” dan Dolar AS sebagai nilai mata uang utama. Namun karena terjadinya krisis Eropa berkepanjangan yang mengakibatkan terbengkalainya hubungan perdagangan Eropa dengan US, maka pada tahun 1971 sistem ini pun dihapuskan.
Nilai tukar mengambang1971 – Sekarang
Lebih dikenal dengan floating exchange rate merupakan frase selanjutnya dari evolusi dunia forex. Setelah tidak dipakainya lagi sistem Bretton Woods dan melalui Jamaica Agreement tahun 1976, Transaksi forex mengalami peningkataan significant. Yaitu ketika nilai tukar mata uang antar negara sepenuhnya berada dibawah kendali mekanisme pasar. Dengan kata lain pasarlah yang akan menentukan apakah nilai tukar tersebut akan naik ataupun turun hingga saat ini.
Forex online 1987
Sekitar tahun 1987 perdagangan forex memasuki tahapan baru yang menjadi cikal  bakal forex online pada saat ini. Sistem elektronik tersebut pertama kali dihasilkan oleh CME Globex dengan pengembangan teknologi Mass Media Reuter yang menjadi basis jaringan elektronik pada waktu itu. Data data elektronik trasaksi forek langsung tersimpan kedalam satu main frame computer yang lebih praktis. Dan tentu saja hal itu memudahkan pelaku pasar yang terkendala jarak, ruang dan waktu.
Kedatangan Euro pada pasar forex 2002
Gabungan mata uang  17 negara uni eropa ini telah memberikan tahapan baru dalam dunia trading forex. Selain masuk dalam 5 besar mata uang yang diperdagangkan dalam transaksi valas. Euro juga menjadi  satu satunya mata uang yang hampir bisa menyaingi US dollar dalam pasar transaksi.

Perkembangan forex pada saat ini

Dalam rentan waktu yang cukup panjang sejarah forex dan Perkembangannya telah berevolusi melalui beberapa periode dan perubahan regulasi, sehingga menjadi lebih teratur dan flexible sesuai dengan keinginan trader.
Segala macam perubahan yang terlahir dari sejarah forex dan perkembangannya telah memberikan kemudahan bagi pelaku pasar.  Hal ini tentu saja menjadikan forex trading sebagai salah satu jenis perdagangan futures yang mudah dilakukan oleh siapapun dan dimanapun mereka berada tanpa terkendala ruang dan waktu.
Dengan berbagai kemajuan yang yang hadir pada saat ini forex telah menjadi salah satu pasar transaksi yang paling berpengaruh didunia. Besarnya pengaruh transaksi forex bisa diasumsikan sebagai indikator perekonomian suatu negara.

Kunci Sukses Bob Sadino Jadi Miliarder

Om Bob Begitu dia dipanggil, pengusaha nyentrik yang pergi kemana-mana selalu memakai celana pendek. Pebisnis sukses ini terkenal dengan gaya bicara yang blak-blakan yang sudah jadi karakternya yang serba cuek.
Dia adalah Bob Sadino salah satu pengusaha sukses di Indonesia yang memulai usahanya dari bawah yang sekarang mempunyai usaha Kemchick dan Kemfood.
Om Bob panggilan akrab Bob Sadino memang membangun usaha bukan bin salabin langsung menjadi pebisnis sukses. Om Bob membangun usaha dari bawah dan melewati banyak kegagalan dalam merintis usaha sehingga menjadi seperti sekarang ini. “Dalam menjalankan bisnis itu yang terpenting adalah action dan berusaha dengan totalitas dan jangan takut untuk gagal,” kata pria kelahiran Lampung, 9 Maret 1933 itu.
Awal mulanya Om Bob punya tekad untuk bekerja secara mandiri, maka ia memutuskan untuk keluar dari pekerjaannya yang selama itu menghidupinya. Dalam mencari usaha yang cocok dengan karakter dia, Om Bob pernah menjadi supir, bahkan pernah menjadi tukang batu sampai pernah mengalami depresi akibat tekanan hidup yang dialaminya.
Untuk melawan depresinya, seorang teman menyarankan Om Bob untuk memelihara dan berbisnis telur ayam negeri. Walaupun pada waktu itu ayam kampung masih mendominasi pasar di Indonesia, tapi tekad Om Bob untuk memperkenalkan ayam negeri dan telurnya tak pernah surut.
Dengan berjalannya waktu dengan penuh krikil dari kegagalan yang menimpa dan pantang menyerah, akhirnya usaha Om Bob berkembang pesat dan melanjutkan usahanya  dengan berjualan daging ayam. Selain itu Om Bob juga orang pertama yang menggunakan perladangan sayur sistem hidroponik di Indonesia.
Sebagai pemilik tunggal Kem Chick, Dirut PT Boga Catur Rata, dan PT Kem Foods, serta PT Kem Farm, Om Bob mengatakan tentang definisi sukses, bahwa belum dapat disebut sukses jika seseorang belum mengalami kegagalan berkali-kali, jatuh berkali-kali. Dengan merasakan sakitnya gagal itu lalu bangkit dan tahu nikmatnya berhasil, saat itulah baru tahu maknanya sukses.
Selain itu, Om Bob mengatakan, kelemahan banyak orang adalah terlalu banyak berpikir untuk membuat rencana, sehingga tidak segera melangkah. Ia menyebutkan, bahwa ketika orang hanya membuat rencana karena merasa memiliki ilmu yang melebihi orang lain, maka muncullah sifat arogan. Padahal, intinya sebenarnya sederhana saja, lakukan dengan action dan berusaha dengan totalitas dan jangan takut untuk gagal.
Dalam hal ini, Om Bob telah membuktuikan sendiri, ia hanya bermodal nekad. Tapi, berlandasan niat dan keyakinan serta kerja keras pantang menyerah. Sukses itu bukan teori. Namun didapat dari perjuangan dan kerja keras serta dilandasi kuat untuk mewujudkan cita-cita.
Di samping itu pada saat launching program CSR yang bertemakan ‘Go Entrepreneur’ yang dilakukan oleh salah satu perusahaan BUMN, Om Bob mengajak generasi muda untuk tidak takut mencoba sesuatu hal yang baru. “Jika Anda mau sukses, jangan takut untuk mencoba,” katanya.
Om Bob menambahkan kunci sukses dalam berbisnis itu adalah tidak mudah menyerah dan jangan takut untuk gagal. “Dengan kegagalan, kita bisa belajar bagaimana ke depan supaya lebih baik lagi. Jadi, jangan pernah takut untuk gagal, “ katanya.
Berterimakasihlah pada kegagalan yang terjadi, baik itu dikomplain pelanggan, tertimpa rugi, ditipu orang, dicibir teman, keluarga dan mungkin saudara. Berterimakasihlah pada mereka, karena itu adalah vitamin sekaligus leverage bagi kita untuk menuju suskes sesungguhnya.

"Prepare Yourself As Best As You Can"


Penulis: bepe, 17 June 2012
"Never Stop Dreaming".. Maybe this time I am the one who is playing for this country, but one day it could be all of you replacing me, so prepare yourself as best as you can..
I'll never get bored to convey those messages to young generation of players in Indonesia..

Interview for FIFA.com:
FIFA.com: When did you first realise you wanted to be a professional footballer.? How and when were you first discovered as footballer in Indonesia.?
Me: At first it never crossed my mind to become a football player, my dream was to become a teacher.. On my 8 th birthday my father gave me a pair of football boots, and form there on I wanted to become a football player.. I started to be recognized when I became the best player at Haornas Coca Cola Cup 1996 and won the competition with Central Java U-16 team..
FIFA.com: You started your international career very soon after turning professional, how did you handle the quick rise.?
Me: To be honest, it was really hard.. People started to recognize me and talked about everything I did.. This was an important point in my career, because if I could not control myself then I would become a big-headed person.. I managed to keep my focus, because I thought that this was just a beginning and I still had a very long journey ahead..
FIFA.com: How does it feel to be your country’s most important player – holding records for both goals and appearances.?
Me: Playing and scoring goals for a country that we love are always going to be the most proudful things to do. But those records are meaningless without a trophy that could be enjoyed by all Indonesian people. Before I retired, winning a trophy is my main target.
FIFA.com: Now that you are widely considered one of Indonesia's best, what else personally do you hope to achieve with the side.?
Me: One thing that always bothers my mind is that, for 12 years donning an Indonesia shirt I have never given any major trophy for Indonesia, so an important trophy for Indonesia would be a sweet ending on my career..
FIFA.com: You have said that you would like to teach. What would your one piece of advice to the youth of Indonesia be.?
Me: "Never stop dreaming".. Maybe this time I am the one who is playing for this country, but one day it could be all of you replacing me, so prepare yourself as best as you can..
FIFA.com:  You were top scorer in your first season in Indonesia, what made you adapt so quickly to the league and professional football.?
Me: Yes, at that time I was in a top spirit and highly motivated to prove that I deserved to compete with all of the top strikers in Indonesia.. On the other hand, maybe at that time the defenders had not gotten used to my style of playing, which made it a little difficult to play against me..
FIFA.com: You're now in your third season with Persija Jakarta, what has kept you with the club.?
Me: This is my fifth season since I left Selangor FC on the 2006/2007 season.. Persija Jakarta is the only professional football team that I have ever played for in Indonesia, I played there since 1999 before I tried my fortune in Holland and Malaysia.. I grew up with this team, Persija and Jakarta is like a family to me.. When you have stayed with a team for more than 10 year, you need something extraordinary to make you leave the club, can be extraordinary good or bad..
 FIFA.com: You spent one year in the Netherlands, what was that experience like.? Why didn't you stay longer considering your good goal-scoring record.?
Me: Yes, my time in Holland is one of the most important moment in my career.. There, I learned a lot on how to live as a professional footballer.. Unfortunately at that time I was still young, far from family and friends as well as living in a different culture made me homesick, another thing is the cold weather made me a little difficult to adapt.. But to be honest, the lessons I got during my time in Holland has formed my character to undergo my career so far..
FIFA.com: Do you ever see yourself trying to play outside of Indonesia at club level again.?
Me: On 2010 I was given a chance to go on a trial in New Zealand with Wellington Phoenix, but once again the cold weather in New Zealand made me think twice as it would be difficult for me and my family to live there.. Maybe to play in the Southeast Asia region would still be possible for me..
FIFA.com: You won the treble in your first season in Malaysia, is that your greatest achievement so far.?
Me: That's right, 2005/2006 season with Selangor FC was my best season. Scored 41 goals in 43 matches in all competitions and won 3 trophies was a pleasure.. And the most important thing was to play in every matches with Selangor FC without earning any yellow card nor red cards and without suffering any injuries as well.. Fantastic..
FIFA.com: Who has had the biggest impact on your life as a football player.?
 Me: Before I got married, surely both of my parents, they are the ones who set my character as a person.. After I got married, my wife and my 3 daughters become an important aspect to my life.. Because what I am doing now, I am doing it for them, the ones that I love..
FIFA.com: Which professional football player or athlete inspires you the most and why.?
Me: I idolise Paul Gascoigne (England) and Kurniawan Dwi Julianto (Indonesia).. At the beginning of my career I was an attacking midfielder, and in my opinion Paul Gascoigne is the most genius one in that era.. When I was a teenager, Kurniawan was a superstar in Indonesia, almost all teens in Indonesia regard him as an idol, including myself.. In 2000 we played together in the Indonesia national team, a dream that came true..
FIFA.com: When you were growing up, which football clubs were your favourite either in Indonesia or in Europe.?
Me: The young Bambang is an Internazionale Milano fan, even now I am still an Interisti.. The funny thing is, the first reason I became a fan of Inter Milan was because the colour of their jersey which was blue and black, which also happened to be my favourite colour.. Hahahaha.
FIFA.com: What do you do during your free time, outside of football.?
Me: I spend my free time with my wife and kids, because honestly I leave them so often.. The vast geographical of Indonesia makes our away matches journey took some time, up to 7-10 days.. That is why when I am in Jakarta, most of my time is for them.. Apart from that, I also set aside some time to write articles in my personal website..
FIFA.com: Where is the best place you have ever travelled to for football or otherwise?
 Me: All places are enjoyable, because playing football is always an enjoyable thing to do, but Germany is probably the best one.. On 1999 I had a chance to train with 2 German clubs, which is Borussia Monchengladbach (Rainer Bonhof) and FC Koln (Ebwelle Lienen), their passion of playing and the atmosphere of the team was so full of spirit.. The fanaticism of their fans was also fantastic, Most of their training session is packed with supporters, even though in that time they were fighting to avoid relegation..
FIFA.com: Why do you want to be a cook - which chef inspires you.?
Me: Hahaha I love to eat, every person who loves to eat automatically wants to learn how to cook surely, that is why I initially wanted to be a chef.. Jamie Oliver is my favourite chef, his cooking style is expressive and innovative..
FIFA.com: What do you see yourself doing ten years from now?
Me: Honestly I have not think about that.. Maybe I will be shouting instructions to my players from the sideline as a coach.. Or maybe staying in my room accompanied by a laptop, a cup of coffee, and few snacks as a writer. Or maybe busy working on a few ordered menus in a hot room called kitchen, as a chef.. Hehehe..
FIFA.com:  You have a very loyal and passionate set of fans. What is your message to them?
Me: Keep giving support and criticism.. Criticism is important, because it will make someone always wants to improve and tries to be a better person. And I always need that..
FIFA.com: Finally, please tell us an interesting story or fact about you which we wouldn't find on the internet already!
Me: Not many people know that 2 years ago I almost decided to hang up my boots (Retire), but at the end, for one particular reason I changed my mind..

"Satu Bintang Itu Milik Kami"

"Satu Bintang Itu Milik Kami"

Penulis: bepe, 16 January 2012
Pada sebuah kesempatan Bambang Pamungkas pernah berkata: "Sebagai pemain profesional saya akan selalu berusaha bermain di liga yang resmi, dalam hal ini di bawah PSSI dan diakui oleh FIFA"

Pada kenyataannya Bambang Pamungkas saat ini bermain di Persija Jakarta yang berlaga di Liga Super Indonesia, artinya Bambang Pamungkas bermain di dalam sebuah liga yang tidak resmi, tidak di bawah PSSI dan juga tidak diakui oleh FIFA. Apakah gerangan yang terjadi..?? Apakah Bambang Pamungkas lupa dengan apa yang pernah dia sampaikan ketika itu....?? Atau Bambang Pamungkas berpura-pura lupa..??
Oleh karena itu menarik untuk kita simak, apa yang akan Bambang Pamungkas sampaikan dalam penjelasan di bawah ini..

Teluk Kuantan, Riau : 14 Januari 2012..
Ini adalah untuk pertama kalinya saya menginjakkan kaki di kota bernama Kuantan Singingi atau biasa disingkat Kuansing di propinsi Riau, udara di kota ini boleh dikatakan panas dan cukup menyengat. Melihat dari penampakan struktur bangunan-bangunan di kota ini, nampak sekali jika kota ini tengah dalam proses menuju sebuah kota mandiri. Banyak sekali bangunan-bangunan baru yang arsitekturnya cukup futureristik di kota ini, seperti gelanggang-gelanggang olah raga, sekolah-sekolah, tempat ibadah dan juga beberapa gedung-gedung pemerintahan..
Akan tetapi ada satu hal yang cukup mengusik hati saya di kota ini, yaitu bangunan stadion sepakbola di Kuansing Sports Center. Hal yang aneh dari bangunan ini adalah, mengapa lampu penerangan di stadion Kuansing ini tingginya berada tepat di bawah atap tribune utama alias tidak begitu tinggi. Saya tidak bisa membayangkan jika misalnya sebuah pertandingan sepakbola dilaksanakan di malam hari di stadion ini, saya yakin jika sinar dari lampu penerang stadion tersebut akan banyak mengganggu jalannya pertandingan..

Sehari menjelang pertandingan biasanya saya akan banyak mengurung diri di dalam kamar. Kegiatan kami di hari ini hanyalah ujicoba lapangan dipagi hari. Menikmati wisata kuliner di siang harinya adalah salah satu menu wajib kami saat menjalani tour seperti ini, akan tetapi mengingat saya beserta rekan-rekan Persija Jakarta yang lain tidak mengetahui apa kira-kira menu dan tempat favorit yang harus di tuju, maka kamipun memilih untuk berdiam diri di kamar masing-masing. Baru di sore harinya kami bergerak mencicipi sop daging rusa yang cukup khas di kota ini, setelah mendapat rekomendasi dari salah seorang pemain PSPS Pekanbaru yang juga pernah membela Persija Jakarta..

Kembali ke pembahasan utama kita, yaitu mengenai mengapa saya memilih bermain di Liga Super Indonesia dan bukan di Liga Premier Indonesia. Hal tersebut juga sangat erat kaitannya dengan kebijakan PSSI sendiri yang dalam hal ini menentukan mana Persija Jakarta yang sah di mata PSSI. Seperti apa yang saya sampaikan dalam artikel (Seandainya , Oh Seandainya - Januari 2012) bahwa pembahasan saya di tulisan tersebut, sedikit banyak memberikan petunjuk mengapa saya memilih jalan berseberangan dengan PSSI..

Hal tersebut bukan karena saya tidak menghormati institusi PSSI beserta orang-orang di dalamnya. Akan tetapi lebih kepada keyakinan saya, dalam hal ini mengenai mana yang benar dan mana yang salah menurut hati dan nurani saya. Dibawah ini akan coba saya jabarkan maksud dari kata kebenaran menurut hati dan nurani saya..

Salah satu hal yang memicu kontroversi publik dalam pembentukan Liga Premier Indonesia adalah naik nya PSMS Medan ke kasta tertinggi kompetisi di Indonesia sebagai tim undangan, yang dinilai berdasarkan sejarah dan sumbangsih PSMS Medan kepada perkembangan persepakbolaan Indonesia di masa lampau. Membahas mengenai sumbangsih dan sejarah, maka hal tersebut menjadi sangat menarik untuk dibahas..

Jika kita membahas mengenai kebijakan PSSI mengenai PSMS Medan, saya jadi tertarik untuk membahas tim yang saya bela sendiri, yaitu Persija Jakarta yang oleh PSSI tidak di akui keberadaannya. Jika kita menengok ke belakang, catatan sejarah mengatakan jika Persija Jakarta juga bukanlah tim sembarangan, sumbangsih tim ini kepada tim nasional khususnya dan juga kepada dunia persepakbolaan Indonesia pada umumnya tentu juga tidak perlu lagi dipertanyakan..

"Mengoleksi 10 gelar juara liga Indonesia dan menjadi salah satu dari 2 tim yang belum pernah terdegradasi sejak berdirinya klub ini pada tahun 1928, jelas sebuah prestasi yang tidak dapat dipandang sebelah mata".
Dari tahun ke tahun Persija Jakarta juga rajin menyumbangkan para pemainnya ke tubuh tim nasional Indonesia. Saya pernah mendengar sebuah cerita dari salah satu pemain legendaris Indonesia di era 70/80an. Beliau berkata, "Zaman Om dulu kalo pemain tim nasional itu ada 24 orang, maka minimal setengahnya adalah pemain Persija Jakarta"..

Siapa yang tidak mengenal nama-nama seperti Sucipto Suntoro, Maulwi Saelan, Yudho Hadiyanto, Roni Paslah, Soedarno, Oyong Lisa, Sutan Harhara, Iim Ibrahim, Simson Rumahpasal, Johanes  Auri, Sueb Rizal, Junaidi Abdillah, Sofyan Hadi, Anjas Asmara, Andi Lala, Iswadi Idris, Risdiyanto, Taufik Saleh, Marzuki Nyakmad, Adji Ridwanmas, Ashari Rangkuti, Patar Tambunan, Isman Jasulmei, Rahmad Darmawan dan Kamarudin Betay..

Belum lagi di era pertengahan 90an hingga sekarang, ada Rocky Putirai, Widodo C Putro, Miro Baldo Bento, I Komang Putra, Nur Alim, Warsidi, Budiman, Ritham Madubun, Aples Tecuari, Anang Ma'ruf, I Putu Gede, Charis Yulianto, Syamsul Chairudin, Budhi Sudarsono, Hamka Hamzah, Mohammad Roby, Gendut Doni, Ellie Aiboy, Ismed Sofyan, Firman Utina, Hendro Kartiko, Ponaryo Astaman, Aliyudin, Agus Indra kurniawan, Tony sucipto, Muhammad Ilham, Hasim Kipaw, Johan Juansyah, Rhamdani Lestaluhu, Andritany Ardhiyasa dan tentunya juga Bambang Pamungkas..

Dalam hal ini saya tidak sedang meragukan sejarah kebesaran yang telah di torehkan oleh PSMS Medan, akan tetapi jika PSSI dapat memperlakukan PSMS dengan begitu istimewa, mengapa PSSI tega memperlakukan Persija Jakarta dengan sedemikian tidak adilnya. Karena jika dilihat dari segi prestasi dan sejarah panjangnya, saya yakin jika Persija Jakarta tidak kalah mentereng dari apa yang telah dicatatkan PSMS Medan, jikalau pun tidak boleh dikatakan lebih baik. Jadi dilihat dari dari sisi manapun PSSI tidak sepantasnya mengacak-acak tim kebanggan kami seperti ini..

"Persija Jakarta yang asli itu tidak harus ada Bambang Pamungkas-nya, tidak harus ada Ismed Sofyan-nya, tidak juga harus ada Bang Mansyur-nya (Perlengkapan kami yang sudah kurang lebih 17 th melayani pemain Perija Jakarta). Akan tetapi Persija yang asli itu yang memiliki puluhan ribu pendukung setia bernama The Jakmania, pendukung militan Persija Jakarta yang selalu mendampingi kemanapun tim Macan Kemayoran berlaga. Itulah tim Persija Jakarta yang sebenarnya"..

Jika anda sekalian masih ragu dan sangsi dengan Persija Jakarta yang sebenarnya, maka bertanyalah kepada Bis Persija Jakarta yang berwarna orange dan bergambar macan itu. Bis yang catnya sudah mulai memudar, mengelupas serta berkarat itu akan bercerita secara detail siapa-siapa saja pemain, pelatih serta pengurus yang pernah berbaju Persija Jakarta selama 15 tahun terakhir.

Saya yakin jika bis tersebut juga akan bercerita sambil tersenyum, ketika mengingat saat-saat kami meraih gelar dan berpawai bersama puluhan ribu Jakmania mengelilingi ibukota Jakarta pada musim 2000/2001. Sebuah gelar yang pada akhirnya di simbolkan dengan satu buah bintang berwarna emas di atas lambang klub kebanggan kota Jakarta tersebut..

Oleh karena itu, akan menjadi sebuah hal yang aneh dan menjengkelkan ketika saat ini ada sebuah tim lain yang menggunakan nama kami, warna ciri khas kami dan juga lambang kebesaran kami lengkap dengan satu bintang diatasnya. Mereka mungkin dapat saja membohongi publik dengan segala tipu muslihat dan pemutar balikan fakta, akan tetapi mereka tidak akan pernah dapat membohongi pendukung setia kami The Jakmania, yang akan selalu mengerti mana Persija Jakarta yang sebenarnya..

"Mereka boleh saja merampas nama kami, warna kami dan juga emblem kebesaran kami. Akan tetapi satu hal yang harus mereka ingat, semangat dan sejarah panjang Macan Kemayoran itu akan tetap berada disini di dalam hati dan sanubari kami sampai kapanpun"..

Jadi mengapa saya memilih bermain di ISL bukan di IPL..?? Jawabannya lebih pada ketidak relaan saya melihat sebuah tim yang telah saya bela selama satu dekade dan juga telah membesarkan nama saya, diperlakukan dengan semena-mena oleh PSSI. Bukan karena saya tidak menghormati institusi PSSI beserta semua orang yang berada di dalamnya, Sekali lagi  "Bukan karena itu..!!"

Bambang Pamungkas bisa saja hijrah ke klub lain, cepat atau lambat saya pasti tidak akan menjadi bagian dari tim ini lagi, akan tetapi tidak di saat-saat seperti ini. Tidak disaat tim kebanggan saya dalam keadaan yang sekarat dan limbung sehingga membutuhkan dukungan moral untuk bangkit melawan segala ketidak adilan yang menimpa tim ini, sekali lagi "Tidak Disaat-saat Seperti Ini..!!!"
Bagi semua orang yang merasa memiliki dan mencintai Persija Jakarta sepenuh hati, dimanapun anda sekalian berada. Ijinkanlah saya untuk mengutip sebuah quote dari seorang penyair India bernama "Rabindranath Tagore" yang berbunyi seperti di bawah ini:

"Cloud come floating in to our life, No longer to carry rain or usher storm, but to add colour to our sunset sky"..

Percayalah bahwa segala permasalah yang menyelimuti kita selama ini, tidak akan pernah mampu membuat kita tercerai-berai. Akan tetapi sebaliknya, segala permasalan tersebut akan membuat kebersamaan kita semakin erat, semakin kuat, semakin bersatu-padu untuk terus menjaga tradisi dan nama besar Macan Kemayoran Persija Jakarta yang kita sama-sama cintai..
"The task will be hard, there maybe dark days ahead and perhaps can be one of the most fateful in our (Persija Jakarta) history. I hope everyone of us can stand calm, firm and united in this time of trial. We only do the right as we see the right and with God's help we shall prevail"..

Akhir sekali:
Saya Bambang Pamungkas. Bermain menggunakan nomer punggung 20 sejak tahun 1999 bersama Persija Jakarta. Saya pernah patah kaki menggunakan seragam orange kebesaran kami tersebut. Persija Jakarta yang diakui PSSI saat ini bukanlah Persija Jakarta yang saya kenal selama ini.Saya yakin dalam lubuk hati yang paling dalam, semua orang akan mengerti:
"Mana Persija Jakarta dan mana itu Jakarta FC..
"Satu Bintang Itu Milik Kami, Bukan Milik Kalian"

"Tim Nasional Itu Indonesia"

"Tim Nasional Itu Indonesia"

Penulis: bepe, 04 November 2012
Pernahkah anda mendengar seorang komentator sepakbola di televisi berkata, "Selamat menyaksikan partai final EURO 2012, antara tim nasional FIGC melawan tim nasional RFEF.?" Saya yakin hal tersebut hampir mustahil terjadi. Kalimat yang lazim terucap adalah, "Partai final antara tim nasional Italia melawan tim nasional Spanyol".

Ada sebuah makna tersirat dari paragraf yang saya sampaikan diatas. Yaitu, istilah tim nasional akan selalu diikuti dengan nama sebuah negara, bukan institusi tertentu apalagi nama orang. Karena sebuah tim nasional tidak hanya bertanggung jawab kepada seseorang atau institusi tertentu, melainkan kepada bangsa dan negara. Oleh karena itu siapa saja berhak untuk mengkritisi tim nasional Indonesia.

Selama memiliki kartu tanda penduduk Indonesia, walau tak begitu mengerti siapa Ketua Umum PSSI nya, berhak mengkritik para pemain tim nasional, saat mereka bermain jelek. Selama memegang paspor berwarna hijau bertuliskan Indonesia, walau tak hafal siapa Menporanya, berhak mencaci-maki tim nasional, ketika kalah bertanding. Atau, selama mereka lahir di Indonesia, walau tidak tahu siapa Presidennya, berhak bersuka-cita dan berpesta jika tim nasional Indonesia meraih kejayaan.

Seperti yang penah saya sampaikan dalam artikel (Generasi Ompong - Januari 2012), kita semua ini ternyata masih sekedar menjadi "Generasi Ompong". Iya, sebuah generasi yang hanya menelan mentah-mentah sebuah informasi, tanpa mau mengunyahnya tersebih dahulu, persis seperti orang yang sudah ompong. Celakanya lagi, hal tersebut diperkeruh dengan adanya golongan yang saya sebut dengan nama, "Sangkuni" (Tokoh licik yang selalu menghasut dalam cerita pewayangan). Sebuah golongan yang suka mengaburkan fakta, mengabarkan yang salah, serta menjadikan informasi sebagai alat propaganda.

Tidak semuanya demikian memang. Akan tetapi kita tidak dapat lari dari kenyataan, bahwasanya media-media di negeri ini baik media cetak, online maupun televisi sudah sejak lama terkotak-kotak. Saya sangat mengapresiasi positif mereka yang masih bersih dan netral tanpa ada muatan apapun. Sehingga mengatakan benar jika memang benar, dan mengatakan salah jika memang salah. Akan tetapi sayangnya jumlah media yang bersih tersebut masihlah minoritas. Kebanyakan masih saja terus menari-nari dan mencari keuntungan, diatas segala konflik yang terjadi di dalam persepakbolaan negeri ini.

Lagi lagi dan lagi, serta untuk yang kesekian kalinya. Dengan segala rasa hormat dan kerendahan hati, juga demi kebaikan serta kenyamanan bersama. Mari kita panggil tim nasional sepakbola Indonesia, cukup dengan nama Tim Nasional (TITIK...!!!). Karena sekali lagi, istilah tim nasional dengan sendirinya akan diikuti dengan nama sebuah negara.

"Tim Nasional itu Indonesia, bukan timnas PSSI atau timnas KPSI. Tim nasional itu Merah-Putih, bukan timnas  biru atau timnas kuning. Dan tim nasional itu bukan milik Djohar Arifin atau milik La Nyalla, melainkan milik seluruh rakyat Indonesia..

Tidak bisa kita pungkiri, jika cara penyebutan istilah tim nasional oleh media-media di negeri ini, telah membuat perpecahan opini di kalangan masyarakat. Segala pengabaran, penamaan atau penyebutan yang salah, telah membuat masyarakat turut hanyut dalam arus perseteruan. Padahal seharusnya rekan-rekan media paham, bahwasanya apapun yang mereka sampaikan dapat membentuk opini publik yang teramat sangat kuat.

Walau sejujurnya, apapun yang dikabarkan tetap saja akan menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat. Akan tetapi jika kita mengabarkan sesuatu secara benar, apa adanya serta tanpa ada muatan apapun. Maka setidaknya kita sudah menjalankan tanggung jawab moral kita sebagai seorang pewarta..

Seperti masalah tim nasonal misalnya. Penyebutan nama tim nasional tanpa ada embel-embel apapun, akan membuat semua pihak merasa nyaman. Hal tersebut membuat tidak ada pihak yang merasa di menangkan, juga di kalahkan. Karena sejatinya, jika ada pihak-pihak yang merasa di menangkan atau di kalahkan dengan bersatunya pemain di tim nasional, maka mereka adalah orang-orang yang bodoh. Dua tahun sibuk bergelut dalam konflik yang tidak menentu arah tujunya, membuat kita semua telah menjadi orang-orang yang kalah.
Di tengah situasi yang semakin hari semakin kritis ini, tim nasional adalah media paling pas untuk menjadi pemersatu. Tim nasional adalah wajah persepakbolaan negeri ini. Oleh karena itu, posisi tim nasional sudah seharusnya berada lebih tinggi dari segala konflik yang terjadi selama ini.
"Jika ada pihak-pihak yang merasa di menangkan atau di kalahkan dengan bersatunya pemain di tim nasional, maka mereka adalah orang-orang yang bodoh"

Seperti saya sendiri misalnya, perjuangan saya bersama Persija Jakarta untuk mengembalikan legalitas, sampai saat ini masih menemui jalan buntu. Walaupun hasil sidang di Pengadilan Negeri Jakarta Timur menyatakan bahwa "Persija Jakarta Hanya Satu", akan tetapi sampai saat ini PSSI masih saja keras kepala dan mengelak dari kenyataan tersebut.

Perjuangan untuk mengembalikan legalitas Persija Jakarta akan tetap berlanjut. Akan tetapi untuk saat-saat yang sangat krusial seperti ini, dimana AFF Cup sudah berada dipelupuk mata, maka tim nasional harus menjadi sebuah prioritas. "Sebuah kesalahan tidak harus dibalas dengan kesalahan yang lain. Sebuah kejahatan tidak juga harus dibalas dengan kejahatan yang lain". Karena jika kita terus melakukan kesalahan demi kesalahan, maka tidak akan pernah ada ujungnya.

Saya ingat sebuah kata-kata bijak yang berbunyi:

"Apakah kita harus membunuh orang, untuk menunjukkan kepada orang, jika membunuh orang itu adalah sebuah kesalahan"..

Oleh karena itu, bergabungnya saya ke tim nasional tidak ada hubungannya sama sekali dengan apa itu yang namanya nasionalisme, patriotisme, profesionalisme, fanatisme, egoisme atau me me me yang lain. Semua ini lebih kepada, "Menempatkan setiap permasalahan pada tempat yang semestinya. Serta memberikan prioritas untuk sebuah kepentingan yang lebih besar".

Selama ini kita semua sudah sudah terlalu banyak melakukan kesalahan. Selalu mencari-cari kesalahan, berusaha saling menjatuhkan bahkan mencoba untuk saling membunuh. Sampai kapan kita akan terus melakukan hal-hal salah tersebut. Jika kita tidak segera melakukan perbaikan, maka mimpi jutaan rakyat Indonesia akan terkubur oleh angkara murka yang kita buat serta pelihara sendiri.

Maka mari kita mulai berbicara dengan konteks yang lebih luas. Tidak lagi hanya dalam lingkup kepentingan pribadi atau golongan tertentu. Sekali lagi, dengan segala rasa hormat serta kerendahan hati, mari kita menyebut tim nasional Indonesia cukup dengan "Tim Nasional", karena Tim Nasional Itu Indonesia