Rabu, 09 Januari 2013

Toko Komputer, Ladang Bisnis Baru




jual beli komputer

Tips terbaik agar bisnis tidak merugi: JANGAN DIBUKA!

Tak terasa hampir 10 tahun saya menceburkan diri (atau tercebur lebih tepat kayaknya) di dunia bisnis, berbau komputer. Meski baru nekat membuka lapak 3 tahun terakhir. Banyak suka, banyak duka. Banyak untung, banyak juga ruginya. Banyak tawa, ada tangisnya. Impas? Jujur, sulit mengukur pencapaian ini dengan nominal uang. Ada pengalaman di sana. Ada pelajaran manis di baliknya. Ada kebahagiaaan di setiap sisinya. Perjalanan yang menyiratkan keunikan bagi setiap orang yang menjalaninya.

Tepat sekali petuah Dahlan Iskan untuk tetap fokus dalam bisnis inti, jangan menoleh ke bisnis lainnya—setidaknya selama 10 tahun. Wejangan serupa dengan tajuk rumus 10.000 jam (kurang lebih 10 tahun) dituangkan apik oleh Malcolm Gladwell  di bukunya, Outliers. Bahkan, agak jauh sebelum terbit buku tersebut, seorang ayah mendidik anaknya permainan catur sedini mungkin, demi mencapai 10.000 jam secepat mungkin. Sang anak, Judith Polgar, kelak menjadi juara dunia catur termuda sepanjang sejarah.

Saya mengamini ketiganya. Fokus, gigih dan teruslah bergerak.

Dunia usaha laksana panggung kehidupan. Kita tidak bisa memilih: untung terus atau rugi melulu. Yang saya lakukan hanyalah mengoptimalkan ikhtiar sesuai pengalaman dan teori sebaik mungkin. Soal hasil, itu domain Ilahi. Entah judulnya bernama untung atau rugi. Lagi-lagi, saya menikmati setiap proses di baliknya.

Ada yang bilang bahwa entrepreneur bukanlah profesi, tapi mindset. Jadi, siapapun berhak menyandang status pengusaha apapun profesinya. Bingung? Hehehe. Di sekitar saya, ada dokter yang punya rumah sakit. Ada arsitek yang jadi developer. Ada resepsionis hotel yang jualan batako. Ada anggota dewan yang merangkap jadi kontraktor. Ada istri pejabat yang mengkapling proyek APBD. Ada blogger yang buka toko komputer. :)

Sederhananya, bila sudah berkecimpung di dunia usaha, rasanya kita tidak memerlukan lagi embel-embel— status, gelar, titel atau apa pun sebutannya, yang lebih penting, seberapa manfaatnya usaha kita bagi masyarakat banyak. Bila belum besar, setidaknya usaha kita membawa maslahat, bukan mudharat. Karenanya, saya berpendapat bahwa sebaik-baiknya bisnis adalah bisnis yang bermanfaat bagi orang lain. Sitiran kontekstual dari sang teladan.

Awal hijriah dan di penghujung masehi ini, 1 lapak online meluncur ke dunia maya. Offlinenya: 2 lapak tutup dan 2 lapak buka. Lapak baru yang merupakan kristalisasi bisnis saya selama 3 tahun terakhir. Setelah menutup lapak offline (warnet dan toko bayi), saya membuka satu lapak yang tak jauh-jauh dari core business selama ini: toko komputer. Sebuah toko komputer yang berpusat di Pontianak, tapi bertekad melayani dunia. :)

Saya memimpikan bisnis ini hampir sepuluh tahun yang lalu. Masa-masa indah saat bergerilya mencari modal. Ada beberapa proposal yang saya ajukan kepada calon investor dan, alhamdulillah, ditolak. Syukurlah, saya tidak menikmati penolakan itu dan terus bergerak, mengikat untaian mimpi. *Puitisasi aksi.

Kini, selain lapak offline, saya juga berusaha menyempurnakan ikhtiar dengan menggarap toko online pertama saya: Satuharga.com. Ini penanda start up online dari PASS computer. Mungkin inilah hikmah dari tutupnya toko bayi saya. Saya switch jualan toko tersebut melalui sebuah toko online. Masih versi beta memang. Bila sudah ada progress-nya pasti saya review. Meski demikian, anda sudah boleh mampir (atau memesannya) sekarang. Semoga berkenan. :)

Salam antusiass!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar